Di awal 2007 kemarin, saya ditelpon oleh seorang pemilik studio foto baru di bilangan Tanjung duren; Jakarta Barat, untuk diajak kerja sama. Padahal waktu itu saya sedang bekerja di studio bridal di bilangan yang sama. Tapi setelah wawancara di sana saya mendapatkan penawaran yang jauh lebih bagus, saya terima deh tawarannya lalu resign dari tempat saya bekerja waktu itu.
Semenjak dari tahap renovasi studio baru tersebut saya sudah ikut bekerja serabutan, maklum ceritanya mau nunjukkin loyalitas sebagai karyawan baru nih. Dari angkat-angkat barang, bantuin masang AC, ikut masang lantai parket, masangin rel background, ngedisain setting real background dan lain-lain yang udah bukan lagi job deskripsinya seorang fotografer.
Dilanjutkan dengan motret-motret model untuk bikin portfolio paket yang akan dijual, nimbrung ngomongin strategi pemasaran dan promonya, nyetingin lampu-lampu studio, editing fotonya mau sampe segimana, workflow penerimaan kliennya mau kayak gimana, sampe akhirnya benar-benar siap untuk full operasi dan mulai menerima klien, saya ikut terlibat.
Lalu tiba saat gajian bulan pertama, dibayar tepat sesuai dengan yang ditawarkan saat wawancara pertama, tapi tiba-tiba sang pemilik studio mengatakan bahwa mulai besok tenaga saya tidak dipakai lagi alias di-PHK tanpa bisa memberikan alasan yang jelas dan obyektif yang dapat membenarkan keputusannya, tanpa mau menunggu masa percobaan 3 bulan pertama dulu. Terus terang saya cuma bisa melongo, mendapat keputusan yang begitu tiba-tiba. Saya mau protes, tapi akhirnya saya sadar kalo di negara ini karyawan kecil seperti saya pasti akan kalah walaupun tidak salah, kalo melawan pemilik modal.
Ternyata masih ada ya seorang pemilik studio foto yang mengambil keputusan nggak pake hati nurani seperti ini. Mungkin bagi dia ini cuma sebuah keputusan bisnis biasa, tapi bagi saya sekeluarga ini adalah persoalan periuk nasi. Tapi yang jelas kejadian ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran juga bagi teman-teman pembaca semuanya.
Rabu, 30 September 2009
Kamis, 24 September 2009
Kenalan dengan White Balance
Halo semuanya! Pada jurnal kali ini saya akan sedikit membahas masalah yang menyangkut tentang teori, yaitu tentang white balance.
Banyak fotografer, termasuk saya, yang tidak terlalu ambil peduli dengan adanya opsi white balance pada kamera digital. Biasanya kita tinggal ngeset pengaturan di AWB atau Auto White Balance, terus sibuk deh dalam sesi pemotretan. Padahal jika kita mau mempelajari atau memperdalam, akan banyak pilihan-pilihan kreatif yang bisa dihasilkan, terutama dalam soal warna.
Tidak seperti mata manusia yang bisa langsung menyesuaikan diri pada setiap situasi, kamera digital tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan hal itu sehingga membutuhkan bantuan untuk menghasilkan warna gambar yang paling sesuai dengan warna obyek aslinya.
Sebagai contoh :
- Motret di bawah cahaya lampu bohlam menghasilkan warna gambar yang kekuningan.
- Motret di ruangan berlampu neon gambar yang dihasilkan akan cenderung kebiruan.
Nah, adanya modus white balance pada kamera digital adalah untuk mereduksi kekurangan tersebut.
Jadi definisi white balance adalah :
Fungsi pada kamera digital untuk mengatur agar warna gambar yang dihasilkan bisa sesuai atau mendekati warna aslinya serta memiliki komposisi warna yang tepat.
Berikut ini adalah modus white balance yang biasanya terdapat pada kamera digital :
AWB adalah modus yang otomatis mengatur setting white balance di kamera pada segala kondisi untuk mendekati warna aslinya.
White Balance Preset atau Custom White Balance adalah pengukuran white balance yang dilakukan secara manual. Biasanya dilakukan dengan cara membidik kertas putih agar kamera membuatnya menjadi standar untuk warna putih.
Daylight, memberikan warna yang paling netral untuk kondisi pemotretan di bawah cahaya matahari.
Incandescent atau Tungsten, modus untuk menetralkan warna obyek pada pemotretan di bawah lampu bohlam.
Fluorescent, modus untuk menormalkan warna obyek ketika memotret di ruangan bercahaya lampu neon.
Cloudy, memperkuat atau menambah kesan hangat, ketika motret di bawah langit yang teduh atau berawan.
Flash, menghangatkan warna dingin yang keluar dari jepretan lampu flash.
Shade, menormalkan kesan dingin ketika memotret di bawah bayangan atau tempat teduh.
Begitulah bahasan mengenai white balance kali ini, semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman semua.
Sumber gambar : es.mtu.edu
Rabu, 16 September 2009
Malu dong sama Pak Darwis...
Suatu kali saya pernah mengikuti sesi seminar fotografi yang disponsori oleh Aneka Warna, dan dibawakan oleh Pak Darwis Triadi, yang membahas tentang keunggulan produk-produk anyar dari pihak sponsor juga tentunya membahas proyek foto session terbarunya Pak Darwis, waktu itu topiknya foto fashion di pinggir pantai khas Pak Darwis yang melibatkan model-model sexy dan cantik.
Tentu saja saya ikut seminar ini atas sponsor alias dibayarin oleh studio tempat saya bekerja pada waktu itu, kalo enggak boro-boro saya bisa ikut seminar Darwis Triadi. Jadi mumpung dibayarin maka saya manfaatkan benar ajang ini untuk menimba ilmu terkini dari Beliau sekalian belajar trik-trik praktisnya.
Setelah sekian waktu Pak Darwis menerangkan dan menjelaskan teknik-teknik pemotretan yang digunakan di dalam pengerjaan foto session nya tersebut dilengkapi dengan contoh-contoh fotonya yang dicitrakan lewat proyektor sehingga memperjelas keterangan tentang teknik yang digunakan ketika foto yang bersangkutan dibuat.
Tiba saatnya ketika Pak Darwis memberikan kesempatan pada para peserta seminar untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama pun dilontarkan...tapi langsung membuat saya prihatin,
" Pak Darwis, foto session ini diambil di " f " berapa, ya? "
Pak Darwis tentu saja langsung menjawab demi memenuhi hak mendapat jawaban bagi peserta seminar. Tapi saya sendiri merasa prihatin, kok ya masih ada peserta seminar yang mengajukan pertanyaan seputar teknis dasar fotografi yang seharusnya sudah dikuasai oleh peserta. Bukan saya merasa sudah berpengalaman atau merasa lebih pintar dengan melontarkan statement ini.
" f " yang dimaksud adalah simbol dari diafragma atau aperture yang mengatur seberapa besar cahaya yang akan masuk melalui lensa. Aperture ini juga adalah faktor yang menentukan ketajaman obyek dalam sebuah foto. Maksudnya akan seberapa tajam obyek yang anda foto dan seberapa blur latar belakang atau latar depannya ( ruang tajam atau depth of field ).
Jadi seperti orang yang sedang membuat segelas teh manis, yang bersangkutan seharusnya sudah tau berapa sendok teh gula yang diperlukan agar manisnya sesuai dengan yang diinginkan. Tapi akhirnya saya berusaha untuk maklum, oh...orang baru belajar kali...
Tentu saja saya ikut seminar ini atas sponsor alias dibayarin oleh studio tempat saya bekerja pada waktu itu, kalo enggak boro-boro saya bisa ikut seminar Darwis Triadi. Jadi mumpung dibayarin maka saya manfaatkan benar ajang ini untuk menimba ilmu terkini dari Beliau sekalian belajar trik-trik praktisnya.
Setelah sekian waktu Pak Darwis menerangkan dan menjelaskan teknik-teknik pemotretan yang digunakan di dalam pengerjaan foto session nya tersebut dilengkapi dengan contoh-contoh fotonya yang dicitrakan lewat proyektor sehingga memperjelas keterangan tentang teknik yang digunakan ketika foto yang bersangkutan dibuat.
Tiba saatnya ketika Pak Darwis memberikan kesempatan pada para peserta seminar untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama pun dilontarkan...tapi langsung membuat saya prihatin,
" Pak Darwis, foto session ini diambil di " f " berapa, ya? "
Pak Darwis tentu saja langsung menjawab demi memenuhi hak mendapat jawaban bagi peserta seminar. Tapi saya sendiri merasa prihatin, kok ya masih ada peserta seminar yang mengajukan pertanyaan seputar teknis dasar fotografi yang seharusnya sudah dikuasai oleh peserta. Bukan saya merasa sudah berpengalaman atau merasa lebih pintar dengan melontarkan statement ini.
" f " yang dimaksud adalah simbol dari diafragma atau aperture yang mengatur seberapa besar cahaya yang akan masuk melalui lensa. Aperture ini juga adalah faktor yang menentukan ketajaman obyek dalam sebuah foto. Maksudnya akan seberapa tajam obyek yang anda foto dan seberapa blur latar belakang atau latar depannya ( ruang tajam atau depth of field ).
Jadi seperti orang yang sedang membuat segelas teh manis, yang bersangkutan seharusnya sudah tau berapa sendok teh gula yang diperlukan agar manisnya sesuai dengan yang diinginkan. Tapi akhirnya saya berusaha untuk maklum, oh...orang baru belajar kali...
Minggu, 13 September 2009
Tips praktis memotret anak-anak
Bisa mengabadikan ekspresi lucu anak-anak sudah pasti menjadi dambaan tiap orang tua. Hasil fotonya bisa dipajang di rumah, ditaruh di dompet, dishare sama seluruh keluarga atau dipamerin sama teman lewat facebook.
Sudah banyak tips-tips memotret anak tapi hanya berdasar pada teori belaka, tapi tips ini saya sarikan dari pengalaman sehari-hari ketika memotret klien anak-anak. Tipsnya sebagai berikut :
1 . Kamera. Kuasai kamera yang akan anda gunakan untuk memotret. Entah itu kamera milik pribadi atau pinjaman, yang penting anda tau kapan harus menekan tombol rana untuk mengabadikan momen. Jangan sampai anda terbentur oleh masalah teknis yang nggak penting tapi dapat mengganggu jalannya pemotretan.
2. Kapasitas memori. Siapkan kartu memori dengan kapasitas yang cukup besar ; antara 2 GB sampai 4 GB, sebab ketika memotret anak-anak kita nggak akan tau atau nggak akan memperhitungkan berapa shoot yang akan kita ambil, sebab hanya momen yang bagus yang kita cari.
3 . Waktu aktifitas. Perhatikan jam atau waktu ketika anak anda sedang giat-giatnya beraktifitas atau bermain. Sebab diwaktu-waktu itulah saat yang tepat untuk mendapatkan ekspresi yang bagus. Dan jangan kita paksakan untuk memotret ketika waktunya si anak harus beristirahat atau tidur.
4 . Natural. Buat suasana foto session ini menjadi senatural mungkin. Biarkan anak anda beraktifitas sesuai dengan minatnya. Naik sepeda, bermain di taman, bermain air di kolam renang atau sekedar bermain dengan mainan favoritnya. Tunggu agar anak anda tenggelam dalam aktifitasnya, sesekali panggil namanya, buat dia tertawa dan tangkap ekspresinya!
5 . Eye level. Usahakan agar anda memotret dari arah sudut pandang yang sejajar dengan posisi mata anak anda. Jangan membuatnya menjadi bertambah kecil dengan memotret dari sudut pandang orang dewasa dan membuatnya menjadi besar karena anda terlalu rendah mengambil posisi saat memotret. Kecuali anda bisa membuat momen atau ekspresi yang unik dengan angle-angle yang tidak biasa tadi.
6 . Tim penggoda. Jika anak anda masih berumur satu tahun ke bawah, anda harus mengajak orang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa, karena anda sendiri akan sibuk konsentrasi di belakang kamera bersiap-siap menangkap momen yang tepat. Dunia anak adalah dunia bermain, ceria, dan tertawa, oleh karenanya momen dan ekspresi yang gembiralah yang sebaiknya anda tangkap. Agar foto tersebut bisa menjadi kenangan yang indah jika nanti dilihat kembali ketika ia sudah besar atau dewasa.
Semoga tips dari saya ini dapat berguna bagi anda yang ingin mengabadikan ekspresi anak yang lagi lucu-lucunya dan oh..ya anda bisa menambahkan poin-poin dari tips di atas agar lebih sesuai dengan keadaan anda. Selamat memotret!
Rabu, 09 September 2009
Kekuatan Entrepreneur!
Suatu pagi, sehabis mengantarkan anak pertama saya ke dalam sekolah, saya menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Pak Ucang seorang penjual susu kacang di depan sekolah ihwal usaha dagangnya.
"Pak, dagangan ama gerobak ngambil di mana nih?" tanya saya menyelidik.
"Wah, ini semua modal saya sendiri, pak, ngapain bikin kaya orang lain!" jawabnya mantap.
Malah ia sempat pula memamerkan sepeda motor bebek kreditan hasil jerih payahnya selama ini.
Kenyataan di depan mata ini sungguh menohok ulu hati saya. Pak Ucang, seorang penjual susu kacang saja punya jiwa wira usaha yang begitu besar, jika dibandingkan saya, seorang pekerja di bidang studio foto, yang sudah bekerja bertahun-tahun dan masih rela keenakan menjadi karyawan orang lain, tapi sambil terus mengeluhkan pendapatan yang pas-pasan.
Apalagi sewaktu saya kerja di sebuah studio foto tempat saya pernah menghabiskan waktu selama 7 tahun mengabdi dan sekarang studionya sudah mendapat label SUPER BRAND, boro-boro dikasih kredit motor, harus kerja kurang lebih 10 tahunan dulu katanya.
Bolehlah kita kerja untuk orang lain dulu sementara, untuk mempelajari gimana sih cara manajemen fotografinya dijalankan atau istilah kerennya belajar workflow nya. Sesudah paham benar, baru deh kita mulai merintis dari yang kecil-kecil dulu, seperti; liputan pernikahan, outdoor prewedding, sambil terus berpromosi, cari rekanan, dan sebagainya. Saya percaya dengan keuletan dan ketekunan, pasti doa dan usaha kita akhirnya diberi jalan.
"Pak, dagangan ama gerobak ngambil di mana nih?" tanya saya menyelidik.
"Wah, ini semua modal saya sendiri, pak, ngapain bikin kaya orang lain!" jawabnya mantap.
Malah ia sempat pula memamerkan sepeda motor bebek kreditan hasil jerih payahnya selama ini.
Kenyataan di depan mata ini sungguh menohok ulu hati saya. Pak Ucang, seorang penjual susu kacang saja punya jiwa wira usaha yang begitu besar, jika dibandingkan saya, seorang pekerja di bidang studio foto, yang sudah bekerja bertahun-tahun dan masih rela keenakan menjadi karyawan orang lain, tapi sambil terus mengeluhkan pendapatan yang pas-pasan.
Apalagi sewaktu saya kerja di sebuah studio foto tempat saya pernah menghabiskan waktu selama 7 tahun mengabdi dan sekarang studionya sudah mendapat label SUPER BRAND, boro-boro dikasih kredit motor, harus kerja kurang lebih 10 tahunan dulu katanya.
Bolehlah kita kerja untuk orang lain dulu sementara, untuk mempelajari gimana sih cara manajemen fotografinya dijalankan atau istilah kerennya belajar workflow nya. Sesudah paham benar, baru deh kita mulai merintis dari yang kecil-kecil dulu, seperti; liputan pernikahan, outdoor prewedding, sambil terus berpromosi, cari rekanan, dan sebagainya. Saya percaya dengan keuletan dan ketekunan, pasti doa dan usaha kita akhirnya diberi jalan.
Selasa, 01 September 2009
Tips membeli kamera DSLR bekas
Bagi yang urgent membutuhkan kamera DSLR untuk melakukan pekerjaan tapi hanya memiliki dana yang cukup untuk memiliki kamera DSLR second hand, mungkin tips dari saya ini dapat membantu anda untuk menentukan pilihan :
1 . Periksa keadaan umum kamera, hindari kamera dengan cacat yang nyata. Cat body kamera yang sudah aus atau mengelupas menandakan umur kamera yang tinggal sedikit karena sudah sangat sering dipakai.
2 . Periksa kondisi mirror reflexnya, mungkin ada yang cacat atau retak cerminnya lalu lakukan tes apakah fungsinya masih bekerja dengan baik.
3 . Tes sistem autofokusnya, lihat di viewfinder apakah setiap titik autofokusnya masih bekerja sesuai pengesetan dan masih merespon dengan akurat.
4 . Cek fungsi shutternya, tes shutter speednya pada setiap kecepatan apakah masih berfungsi sesuai pengesetan dan langsung merespon ketika tombol ditekan.
5 . Lihat viewfindernya, pastikan dalam keadaan bersih dan tidak buram, hindari adanya cacat di viewfinder yang akan berpengaruh langsung pada hasil pemotretan.
6 . Pastikan setiap mode eksposur dan fungsi kamera bekerja dengan benar, jangan beranggapan bahwa setiap fungsi kamera bekerja dengan benar tanpa kita melakukan tes terhadapnya.
7 . Periksa LCD panelnya, cek apakah setiap ikon ditampilkan dengan benar, lihat ketika menampilkan preview hasil pemotretan hindari kemungkinan adanya dead pixel.
8 . Lihat mount lensa pada body kamera, pastikan masih sempurna, tidak ada cacat atau bekas benturan. Periksa keadaan pin dan gir levelnya.
9 . Coba buka tutup tempat kartu memorinya, CF atau SD card, masuk dan keluarkan kartu memorinya apakah masih pas dan klik ketika dilakukan.
10 . Periksa seluruh elektronik kontaknya, seperti; hot shoe, kompartemen battery, colokan USB dan video, trigger flash, dari kemungkinan adanya karat.
11 . Cek seluruh tombol, putar setiap dial apakah masih berfungsi dengan semestinya.
12 . Tanyakan harga untuk body dan lensanya, apakah sesuai dengan harga pasaran, jika sesuai anda bisa lanjutkan dengan tawar-menawar lalu tentukan pilihan anda.
Sangat disarankan pilihan untuk membeli kamera DSLR bekas ini hanya ditujukan bagi mereka yang sudah mengerti seluk beluk kamera, bagi para pemula saya sarankan untuk membeli kamera baru agar lebih terjamin dan aman karena pasti ada garansinya, tapi sekali lagi, pilihan ada di tangan anda tentunya. Gimana, ada yang mau nambahin?
Diedit dan disarikan dari Google search result.
1 . Periksa keadaan umum kamera, hindari kamera dengan cacat yang nyata. Cat body kamera yang sudah aus atau mengelupas menandakan umur kamera yang tinggal sedikit karena sudah sangat sering dipakai.
2 . Periksa kondisi mirror reflexnya, mungkin ada yang cacat atau retak cerminnya lalu lakukan tes apakah fungsinya masih bekerja dengan baik.
3 . Tes sistem autofokusnya, lihat di viewfinder apakah setiap titik autofokusnya masih bekerja sesuai pengesetan dan masih merespon dengan akurat.
4 . Cek fungsi shutternya, tes shutter speednya pada setiap kecepatan apakah masih berfungsi sesuai pengesetan dan langsung merespon ketika tombol ditekan.
5 . Lihat viewfindernya, pastikan dalam keadaan bersih dan tidak buram, hindari adanya cacat di viewfinder yang akan berpengaruh langsung pada hasil pemotretan.
6 . Pastikan setiap mode eksposur dan fungsi kamera bekerja dengan benar, jangan beranggapan bahwa setiap fungsi kamera bekerja dengan benar tanpa kita melakukan tes terhadapnya.
7 . Periksa LCD panelnya, cek apakah setiap ikon ditampilkan dengan benar, lihat ketika menampilkan preview hasil pemotretan hindari kemungkinan adanya dead pixel.
8 . Lihat mount lensa pada body kamera, pastikan masih sempurna, tidak ada cacat atau bekas benturan. Periksa keadaan pin dan gir levelnya.
9 . Coba buka tutup tempat kartu memorinya, CF atau SD card, masuk dan keluarkan kartu memorinya apakah masih pas dan klik ketika dilakukan.
10 . Periksa seluruh elektronik kontaknya, seperti; hot shoe, kompartemen battery, colokan USB dan video, trigger flash, dari kemungkinan adanya karat.
11 . Cek seluruh tombol, putar setiap dial apakah masih berfungsi dengan semestinya.
12 . Tanyakan harga untuk body dan lensanya, apakah sesuai dengan harga pasaran, jika sesuai anda bisa lanjutkan dengan tawar-menawar lalu tentukan pilihan anda.
Sangat disarankan pilihan untuk membeli kamera DSLR bekas ini hanya ditujukan bagi mereka yang sudah mengerti seluk beluk kamera, bagi para pemula saya sarankan untuk membeli kamera baru agar lebih terjamin dan aman karena pasti ada garansinya, tapi sekali lagi, pilihan ada di tangan anda tentunya. Gimana, ada yang mau nambahin?
Diedit dan disarikan dari Google search result.