Senin, 31 Mei 2010

Kenali kamera anda

Belakangan ini masyarakat kita dimudahkan oleh modus auto yang memang sudah tersedia di tiap perangkat digital yang dimilikinya. Biasanya terdapat pada perangkat digital yang dapat membantu memudahkan kegiatan serta aktifitas manusia modern pada kehidupan sehari-harinya. Baik itu televisi, pendingin ruangan, mesin cuci maupun sepeda motor.

Begitu juga dengan kamera DSLR dan kamera saku digital yang kita gunakan. Modus auto pada kamera digital memberikan kita kemudahan untuk mengantisipasi jika ada momen mendadak yang ingin kita tangkap.

Bagi yang hobi fotografi, ketergantungan pada modus auto ini tentu saja sangat tidak dianjurkan. Selain mengurangi penguasaan pada kelebihan kamera serta fitur-fiturnya juga akan membatasi kreatifitas di dalam menghasilkan karya foto.

Mengenal dan menguasai penggunaan kamera pribadi masing-masing dapat dilakukan dengan cara :

1 . Baca buku manualnya.

Biasanya kegiatan ini yang paling segan untuk dilakukan oleh para fotomania. Tapi dengan membaca manualnya kita akan memiliki gambaran secara menyeluruh tentang cara kerja, kemampuan serta kelebihan dari kamera kita.

2 . Eksplorasi kamera.

Coba dan tes seluruh kemampuan dari kamera anda. Coba satu-persatu seluruh modus yang tersedia, tentukan fokusnya, atur kecepatan serta diafragma, perhatikan eksposur, ubah sensitifitas ISO nya. Perhatikan setiap perubahan yang dihasilkan dengan mengamati hasil fotonya.

3 . Data teknis.

Baca dan pahami setiap data teknis dari foto-foto yang dihasilkan oleh kamera anda, khususnya hasil foto yang anda anggap bagus dan menarik serta mewakili selera pribadi anda.

Dengan pengenalan dan penguasaan yang baik terhadap cara kerja dan kemampuan kamera pribadi, diharapkan agar kita dapat mengantisipasi setiap momen yang ingin kita tangkap dan menghasilkan karya-karya ciamik dan luar biasa.


Kredit foto : gambar di atas adalah kamera SLR pertama saya ketika memulai hobi fotografi, Yashica FX-3 super 2000.

Sumber foto

Kamis, 27 Mei 2010

Kenapa cewek suka foto narsis?

Apakah anda suka memperhatikan foto-foto profil yang berseliweran di media social network belakangan ini?

Terutama yang pemilik akunnya adalah cewek-cewek ABG masa kini yang tidak ingin ketinggalan ikut dalam euforia yang sedang in.

Piranti digital favorit yang mereka gunakan untuk membuat foto profil ini adalah kamera ponsel.

Inilah alasan mengapa para cewek-cewek ini suka mengabadikan diri mereka sendiri atau berfoto narsis menggunakan kamera ponsel :

1 . Nggak pede.
2 . Lebih tau angle cantiknya.
3 . Bebas mau take berapa kali.
4 . Nggak harus ke studio foto.
5 . Mudah menghapus yang menurutnya tidak bagus.
6 . Kemudahan meng-upload.
7 . Bebas bergaya seronok.
8 . Bisa berfoto bersama sahabat atau pacar.

Ada sahabat yang bisa menambahkan alasan lain?



Sumber foto

Senin, 24 Mei 2010

Berapa shutter count kamera kita?

Mungkin beberapa dari kita tidak memperhatikan atau biasanya memang tidak ada yang memberi tahu, sampai di mana batas hidup atau istilahnya shutter count dari kamera DSLR yang kita miliki.

Jadi shutter count adalah sampai berapa kali kamera digital kita dapat mengambil gambar.

Sama seperti gadget digital lainnya, semuanya memiliki batas hidup. Seperti ketika tuts keyboard dari PC di rumah kita ada beberapa yang tidak berfungsi karena sudah beberapa tahun dipakai.

Berbeda dengan kamera SLR mekanik dulu, asal kita merawatnya dengan baik dan cara pemakaian yang apik, maka umur penggunaanya pun akan lebih panjang.

Shutter count pada setiap kamera DSLR pun berbeda-beda tergantung pada banyak faktor. Berdasarkan hasil gugling, angka rata-rata shutter count untuk kamera DSLR adalah sekitar 100.000.

Informasi shutter count dari sebuah kamera menjadi sangat penting bagi yang ingin membeli kamera DSLR second. Untuk menceknya, kita bisa menggunakan software yang disediakan oleh masing-masing merk kamera.

Tapi setelah kamera kita mencapai limit shutter count nya, kita tinggal mengganti shutter release kamera tersebut pada authorize service center pemegang merk, hingga kamera kita dapat dioperasikan lagi seperti semula.

Mungkin ada sahabat yang mau menambahkan?



Sumber foto

Jumat, 21 Mei 2010

Gejolak itu..

Jemarinya gemetaran memegang kamera seraya memandang pose wanita di hadapannya.



Fiksi mini ini diikutsertakan dalam Kontes Fiksi Mini
yang diselenggarakan oleh wi3nda

Rabu, 12 Mei 2010

Tips Foto Bokeh

Istilah foto bokeh mungkin tidak begitu populer bagi awam dan sebagian pekerja seni foto lainnya. Saya sendiri mengenal istilah ini sejak mulai bersinggungan dengan internet.

Kata 'bokeh' sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti 'blur' atau 'kabur'. Istilah bokeh pertama kali dipopulerkan pada tahun 1997 di Photo Techniques Magazine oleh editor Mike Johnston, untuk menunjuk pada obyek foto yang dikelilingi oleh gambar latar belakang yang blur.

Foto bokeh sangat erat kaitannya dengan pemilihan ruang tajam yang bercerita sehingga menguatkan tampilan dari obyek utamanya. Jadi tidak hanya sekedar foto dari sebuah obyek yang latar belakangnya blur semata.

Untuk menciptakan foto bokeh yang asik, ada tahap-tahap yang perlu untuk diperhatikan :

Ruang tajam
Tentukan dulu seberapa blur latar belakang yang akan anda terapkan pada sebuah obyek daripada hanya sekadar membuatnya blur semata. Sebab kadang latar belakang yang tidak terlalu blur akan dapat bercerita dan membuat tampilan obyek utamanya menjadi lebih kuat.

Lensa
Semakin panjang fokal lensanya atau lensa tele maka semakin sempit ruang tajam yang dihasilkannya. Biasanya dengan menggunakan lensa tele 100 mm ke atas atau lensa yang memiliki aperture yang cukup besar . Misalnya lensa 50 mm dengan f 1.2.

Pemilihan obyek
Pilihlah obyek yang dapat membuat foto bokeh anda bisa bercerita dan sedap dipandang mata. Dengan banyaknya latihan lama-kelamaan kepekaan mata kita akan dapat memilih obyek mana yang layak untuk dijadikan sebuah foto bokeh.

Semoga bisa membantu.



Kredit foto
Model : Gabriela Gunawan
Fotografer: Fouri!

Rabu, 05 Mei 2010

Pengalaman belajar memotret model

Ketika pertama kali belajar memotret manusia sebagai model, saya jadi teringat senior saya yang pernah mengatakan bahwa jika ingin belajar memotret model sebaiknya menggunakan model yang tidak berhubungan atau awam dengan dunia fotografi, tidak cantik atau tidak tampan, tidak luwes atau dengan kata lain pilihlah yang tidak fotogenic.

Jika belum apa-apa kita sudah menggunakan model yang fotogenic, berarti kita akan kehilangan kesempatan untuk belajar dasar-dasar dari memotret model itu sendiri.

Bagaimana membuat model yang tadinya kaku menjadi terbiasa di depan kamera, yang disuruh tersenyum saja susahnya minta ampun sampai akhirnya bisa tertawa lepas, mencari angle-angle yang menjadi kelebihan seseorang dan menutupi kekurangannya, sampai akhirnya belajar mengarahkan seseorang hingga ia bisa menjadi dirinya sendiri dan menghasilkan sebuah foto yang layak.

Komunikasi memang menjadi hal yang penting di sini. Bagaimana kita berkomunikasi kepada seorang anak kecil, remaja, orang yang lebih tua, semuanya itu mempunyai cara pendekatan yang berbeda-beda hingga akhirnya bisa menghasilkan foto yang sesuai dengan karakter masing-masing.

Dari pengalaman ini saya jadi belajar bahwa ternyata fotografi itu tidak hanya sekedar senyum dan jepret saja. Semakin kita mendalami semakin banyak hal-hal yang harus kita pelajari, sebagaimana bidang-bidang ilmu lainnya.

Tapi selama kita mencintai dan menikmati apa yang kita pelajari, semuanya tidak menjadi masalah.

Salam jepret!


sumber foto : facebook.com/Chusnul Khairuddin

Minggu, 02 Mei 2010

Humor fotografer

Suatu malam, di dalam kamar seorang fotografer pemula yang lugu tapi tekun bekerja dan berdoa, datanglah sang malaikat untuk mengabulkan doa si fotografer tersebut. Ia memberikan sebuah kamera DSLR paling canggih yang pernah ada. "Terima kasih, terima kasih...", tak henti-hentinya fotografer tersebut berucap pada sang malaikat.

Hari-hari si fotografer dihabiskan untuk mempelajari kamera baru tersebut serta mempraktekan ilmu-ilmu fotografi yang tidak bisa ia lakukan jika menggunakan kamera lamanya. Sayang sang malaikat lupa menyertakan buku manualnya sehingga ia bisa mempelajari kameranya dengan lebih optimal lagi.

Beberapa waktu kemudian sang malaikat datang kembali ke tempat fotografer tadi, sang malaikat ingin memberikan hadiah pada si fotografer karena telah rajin dan bekerja keras dalam mempelajari kamera pemberiannya.

"Kupersembahkan padamu seorang gadis cantik yang akan menemani hari-hari sepimu", ujar sang malaikat. Si fotografer pun melongo melihat betapa cantik gadis pemberian sang malaikat kepadanya.

Sadar dari kekagumannya, si fotografer pun berkata pada sang malaikat, "..Oh ya, jangan lupa buku manualnya..".

Sekarang, gantian sang malaikat yang melongo...



Humor fotografer ini diikut sertakan pada acara Liga tertawa nya Pakde Cholik.

Sabtu, 01 Mei 2010

Foto bugil

Fenomena menyebarnya foto bugil di internet saya rasakan euphorianya sejak lima tahun belakangan ini. Foto bugil yang dimaksud adalah bukan foto bugil dari website yang memang berisi gambar-gambar khusus pemirsa dewasa, melainkan foto bugil dari para artis dan elemen masyarakat Indonesia. Saya sendiri mengetahui hal ini setelah beritanya dimuat di media-media cetak, jadi bukan mengetahui langsung secara online, maklum namanya juga pemula di dunia internet.

Sebelum adanya media internet, agak sulit bagi masyarakat awam untuk mengetahui adanya foto bugil atau video dari para artis, anggota dewan, pegawai pemda, anak kuliahan atau anak sekolahan sekalipun. Foto-foto mereka bisa nyangkut di ranah maya juga karena berbagai sebab. Kebanyakan karena diupload oleh orang yang tidak bertanggung jawab, fotografer yang tidak profesional dan lain sebagainya. Banyak foto yang original, tapi banyak juga foto hasil rekayasa orang 'kreatif'. Bahkan sampai ada artis yang harus mengundang pakar telematika untuk mengklarifikasi bahwa foto bugilnya di internet hanyalah hasil rekayasa.

Ketika masyarakat bisa ikut aktif menjadi pewarta atau 'citizen reporter' hampir semua berita atau kejadian, baik dalam bentuk foto atau video yang dapat diupload ke internet dan dapat disaksikan secara realtime oleh para pemirsanya. Hal ini juga sangat ditunjang oleh adanya social networking yang sudah seperti ajang bergaulnya masyarakat modern. Apalagi ponsel canggih yang siap online sudah menjadi standar gadget kebutuhan sehari-hari.

Memang selalu ada sisi negatif dan positif dari setiap kejadian. Tapi dengan berjalannya waktu, saya percaya masyarakat online kita sudah lebih bijaksana untuk memilah mana yang patut dan tidak patut. Ada baiknya kita berhati-hati dengan apa yang kita potret atau rekam dan sadar akan setiap konsekwensinya. Akan sangat menyenangkan jika kita bisa lebih bijaksana ketika online. Salam jepret!