Jumat, 30 Juli 2010

WORO-WORO JASA FOTOGRAFI

Bagi anda yang menggunakan jasa fotografi dari Fotografer Jurnal, secara otomatis produk atau jasanya akan direview di blog ini.

Hal ini akan menjadi program pelayanan tambahan dari Fotografer Jurnal agar produk yang menggunakan jasa fotografi kami bisa lebih dikenal lewat medium online.

Jadi bagi para sahabat pembaca diharap tidak harus bingung jika sewaktu-waktu blog ini menampilkan artikel mengenai review dari sebuah produk atau jasa.

Artikel-artikel mengenai fotografi masih akan terus ditingkatkan guna menambah wawasan pemahaman dan pengetahuan kita akan seluk beluk dunia fotografi serta untuk terus mempererat tali silaturahmi yang sudah terjalin selama ini.

Jadi jangan pada ke mana-mana,ya...
Sekian woro-woro dari kami. Salam jepret!

Kamis, 22 Juli 2010

Foto human interest

Tentunya foto-foto dengan obyek manusia sudah tidak asing lagi di mata para sahabat. Apalagi foto-foto ini bisa dengan mudahnya kita jumpai setiap hari di koran-koran, majalah, media internet dan media lainnya.

Foto-foto dengan tema manusia biasanya tercantum sebagai gambar ilustrasi penguat sebuah artikel. Karena seperti dikatakan bahwa sebuah foto bisa lebih kuat maknanya daripada ribuan kata.

Foto yang menggambarkan manusia yang sedang beraktifitas lengkap dengan ekspresinya yang tergambar secara detail biasa disebut dengan foto human interest.

Dan biasanya foto-foto human interest yang dapat menggambarkan ekspresi obyeknya dengan kuat selalu disajikan dalam warna hitam putih. Mengapa? Karena foto hitam putih dapat membawa pemirsanya untuk memusatkan perhatian langsung pada ekspresi obyek utamanya tanpa terganggu oleh kehadiran warna-warna.



Foto : Menik

Sabtu, 17 Juli 2010

Hari-hari terakhir bersama bapak

Bapak sudah pergi. Bapak sudah tidak bersama kami lagi. Hari-hari terakhir bersama bapak saya rasakan sebagai hari yang meninggalkan kesan begitu mendalam di hati saya.

Bapak sakit. Bapak hanya terbaring tidak berdaya. Ketika saya merasa direpotkan oleh kehadirannya, kembali saya tatap foto kenangan di atas. Bapak dulu pernah menggendong saya, mengganti popok saya, membimbing langkah pertama saya, dengan sabar menyahuti setiap panggilan saya. Tak terhitung yang telah bapak lakukan buat saya, sementara yang saya dapat lakukan hanyalah memberi sedikit kenyamanan menjelang hari-hari terakhirnya.

Sekarang bapak sudah bisa tersenyum kembali.
Bapak sudah lepas dari penderitaannya.
Selamat jalan, pak.
Sampai kita berjumpa lagi.


Kredit foto : bapak bersama saya ketika berumur 1,5 tahun di atas Jembatan Ampera, Palembang, tahun 1974.

Jumat, 09 Juli 2010

Jasa fotografi

Dalam dunia jasa fotografi, sebagaimana dunia penyedia jasa-jasa lainnya, juga tak luput dari suka dan duka.

Imej glamour dan 'wah' memang sering melingkupi dunia jasa fotografi, tapi itu hanya mewakili lingkup kecil saja, selebihnya adalah kerja keras.

Kisah ini dialami oleh seorang sahabat saya yang juga berprofesi sebagai fotografer. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan pelajaran bagi sahabat fotografer khususnya dan para sahabat pekerja penyedia jasa pada umumnya.

Masalah krusial yang sering menjadi batu sandungan adalah soal pembayaran. Sahabat saya mengambil order seorang klien dengan kesepakatan pembayaran di muka sebesar 50% dan 50% lagi setelah pekerjaan selesai. Di dalam dunia kami, rasanya tidak etis jika tidak menyerahkan seluruh hasil pekerjaan jika sudah selesai. Apalagi sudah mendapat fee di muka. Sayangnya sang klien mangkir untuk membayar sisa fee yang 50% lagi. Kalimat klasik yang sering dilontarkan ketika ditagih adalah ' nanti pasti saya transfer'.

Hal seperti ini memang lebih sering terjadi pada penyedia jasa yang bekerja secara perorangan atau pribadi.

Karena suka mengalami hal ini, seorang sahabat dari penyedia jasa lainnya menerapkan pembayaran order 75% di muka, untuk antisipasi agar tidak terlalu nyesek jika kliennya mangkir dalam pembayaran sisa order fee-nya.

Apapun alasannya, saya sebagai pekerja di bidang jasa hanya ingin menghimbau para pengguna jasa agar dapat menghormati kesepakatan yang sudah disetujui sebelumnya, demi kelancaran pekerjaan dan bisnis bersama.

Bagaimana dengan sahabat pembaca, punya pengalaman serupa?



Foto : Karib Munajat

Jumat, 02 Juli 2010

Tips ke studio foto

Ke studio foto? Mungkin ide ini bakalan ada diurutan terbelakang jika ditanyakan pada seorang pria tentang hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Atau malah menjadi keinginan yang pertama jika pertanyaan ini ditanyakan pada seorang remaja putri yang sedang senang-senangnya berdandan dan bernarsis-narsisan di depan kamera.

Tapi memang nggak bisa dipungkiri jika kegiatan ke studio foto ini bukanlah menjadi kebutuhan primer layaknya mengisi perut, kecuali jika KTP anda sudah kadaluarsa dan memang membutuhkan pas foto baru.

Berikut ada sedikit tips yang mudah-mudahan dapat membantu anda menempatkan kegiatan ini di dalam skala prioritasnya, sehingga tidak menjadi mubazir dan sekedar membuang-buang uang belaka :

1. Tujuan.
Sebaiknya tetapkan tujuan anda terlebih dahulu sebelum menuju studio foto. Mau bikin pas foto, foto seluruh badan untuk ikut lomba gadis sampul, foto bersama sang kekasih, atau sekedar mau bertanya harga paket-paket foto yang ditawarkan untuk membandingkan mana yang paling terjangkau di antara studio-studio yang ada.

2. Urgent atau tidak.
Apakah anda membuat foto ini untuk keperluan yang mendesak, sebuah keharusan atau hanya untuk portfolio pribadi. Jika mendesak, misalnya untuk keperluan melamar pekerjaan atau untuk mendaftarkan diri pada sebuah talent agency.

3. Ukuran.
Dalam ukuran berapa anda perlu fotonya? Mungkin hanya perlu dalam ukuran pas foto, post card, atau dalam ukuran besar karena untuk dipajang di ruang tamu. Hati-hati terkena rayuan customer servicenya sehingga anda mencetak banyak dan dalam ukuran yang sebenarnya tidak anda perlukan (..ini berdasarkan pengalaman, lho.. :) ) Untuk lebih amannya, simpan saja file foto anda dalam CD untuk anda tentukan keperluan selanjutnya.

Semoga dapat membantu.



Foto : tukangpoto