Ini adalah kisah dari W,rekan kerja saya selama bekerja di studio E.Posisi dari W adalah sebagai lightingman yang notabene sebagai asisten saya di studio.Kami masuk pada tahun yang sama,setelah 7 tahun bekerja saya mengundurkan diri karena masalah kesejahteraan dan W tetap pada posisinya sebagai lightingman sampai akhirnya pihak perusahaan memintanya untuk menandatangani surat pengunduran dirinya.
Memang W ini punya sifat yang jelek yaitu tidak percaya diri atau kurang pede pada kemampuannya sendiri.Tentunya hal tidak boleh menjadi halangan bagi atasan langsung kami untuk memberi kepercayaan kepada W untuk memperbaiki kinerjanya agar tidak sekadar menjadi lightingman terus menerus.
Untuk menjadi fotografer seperti kami sekarang tentunya kami juga harus melalui tahapan menjadi seorang asisten atau lightingman dari para senior kami,tidak terkecuali saya.Dan meraih posisi fotografer tak lepas dari kepercayaan yang diberikan oleh atasan-atasan yang bijaksana dalam melihat kemampuan dan mau memberi kesempatan kepada para bawahannya untuk lebih maju.
W sekarang menjadi seorang fotografer di studio N,salah satu studio foto terkenal juga.Tentunya W di tempat barunya ini sudah diberi kepercayaan yang lebih besar dan lebih baik.Nah,untuk hal seperti inilah seorang atasan yang bijaksana diperlukan.Bukan hanya untuk menjadi seorang pengawas tetapi sebagai pembuka jalan untuk karir dan masa depan yang lebih baik.
Jumat, 05 Oktober 2007
Kamis, 27 September 2007
Why a photographer always use their name for their brand?
Simple.Because of what they do is a kind of work that involving art and produce by one man.A kind of work that produce by their ability to create,feel,taste and perception toward their creation.It's a creation of art that dont come up from any printing machine or from any printing factory,beside a very personal thing.Like Indra Leonardi from Leonardi Portraiture has to said,"Photography is general but style is personal".We could not agree more to that.
Selasa, 25 September 2007
Side job fotografer
Sudah menjadi rahasia umum diantara kami,para fotografer studio bahwa penghasilan yang kita hasilkan dari pekerjaan ini hanya pas untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya.Beruntung bagi mereka yang mempunyai istri dan berpenghasilan juga sehingga bisa menabung untuk keperluan yang lain.Oleh karena itulah kehadiran side job sangat kami nantikan,bagai oase di padang gurun katanya..
Biasanya side job para fotografer ini nggak jauh-jauh amat dari pekerjaan utamanya yaitu moto.Apakah itu resepsi pernikahan,hari wisuda,ulang tahun,pre weding,atau sekadar pas foto karyawan suatu perusahaan.Pokoknya apa sajalah yang bisa menghasilkan uang.Dan susahnya jadwal side job ini biasanya berbarengan dengan ramenya jadwal studio,yaitu hari Sabtu atau Minggu.
Sewaktu saya bekerja di studio S,tawaran untuk melakukan side job ini selalu saja ada.Karena hubungan pertemanan kami antar fotografer sangat erat,maka setiap ada tawaran side job datang,kami kerjakan secara bergantian seperti layaknya sebuah tim.Kami usahakan agar jalannya operasional studio tidak terganggu dan bos tidak marah-marah.Yang jadi harus lembur,ya lembur karena nanti ada rewardnya.
Kadang ada klien yang menyangka bahwa pendapatan kita ini besar karena bekerja di studio foto terkenal.Kita hanya bisa mengelus dada sambil merendah.Tapi itulah perjuangan kita dari hari ke hari.Oleh karena itu dari pada disebut fotografer saya lebih suka disebut sebagai tukang poto,biar lebih sesuai dengan gajinya gitu,lho..
Biasanya side job para fotografer ini nggak jauh-jauh amat dari pekerjaan utamanya yaitu moto.Apakah itu resepsi pernikahan,hari wisuda,ulang tahun,pre weding,atau sekadar pas foto karyawan suatu perusahaan.Pokoknya apa sajalah yang bisa menghasilkan uang.Dan susahnya jadwal side job ini biasanya berbarengan dengan ramenya jadwal studio,yaitu hari Sabtu atau Minggu.
Sewaktu saya bekerja di studio S,tawaran untuk melakukan side job ini selalu saja ada.Karena hubungan pertemanan kami antar fotografer sangat erat,maka setiap ada tawaran side job datang,kami kerjakan secara bergantian seperti layaknya sebuah tim.Kami usahakan agar jalannya operasional studio tidak terganggu dan bos tidak marah-marah.Yang jadi harus lembur,ya lembur karena nanti ada rewardnya.
Kadang ada klien yang menyangka bahwa pendapatan kita ini besar karena bekerja di studio foto terkenal.Kita hanya bisa mengelus dada sambil merendah.Tapi itulah perjuangan kita dari hari ke hari.Oleh karena itu dari pada disebut fotografer saya lebih suka disebut sebagai tukang poto,biar lebih sesuai dengan gajinya gitu,lho..
Jumat, 21 September 2007
Sistem Kontrak Kerja
Pada awal tahun 1996,saya diterima bekerja di studio yang masih berafiliasi dengan sebuah studio terkenal di kota Bandung.Saya teken kontrak selama 5 tahun,ijazah SMA saya ditahan sebagai jaminan dan membayar uang penalti jika keluar sebelum masa kontrak habis.
Waktu itu saya benar-benar masih "lugu",nggak punya prasangka buruk dan ingin sekali bekerja untuk menerapkan apa yang selama ini telah saya pelajari.Pihak studio berjanji akan menaikkan gaji saya jika lulus masa percobaan 3 bulan.
8 bulan berlalu dan tidak terjadi apa-apa pada gaji saya.Saya tanyakan pada pihak studio,selalu dijawab dengan jawaban yang subyektif;hasil fotoan saya belum baguslah,kerja belum maksimalah dan lain-lain.Akhirnya saya putuskan untuk mengundurkan diri.
Saya tidak membayar uang penalti sebab pihak studio yang ingkar janji.Saya minta kembali ijazah SMA saya tapi tidak dihiraukan.Alhasil sampai sekarang ijazah SMA saya masih mereka tahan,mungkin mereka buat pajangan kali,ya.Biarinlah,wong cuma selembar kertas yang membuktikan bahwa saya telah menjalani jenjang sekolah menengah atas.Tapi kalo ingat memorinya,sedih juga sih.hiks..
Berdasarkan pengalaman saya dan pengalaman teman-teman senasib,saya berkesimpulan bahwa kontrak kerja di studio rata-rata hanya menguntungkan pihak studio.Pekerja seolah-olah diikat,tidak ada reward jika waktu kontrak kerja terpenuhi.Pekerja sewaktu-waktu dapat dipecat tanpa pesangon,membayar uang penalti kalo keluar sebelum kontrak habis.Pada pokoknya kita sebagai pekerja tidak punya posisi tawar-menawar sama sekali,hiks..
Waktu itu saya benar-benar masih "lugu",nggak punya prasangka buruk dan ingin sekali bekerja untuk menerapkan apa yang selama ini telah saya pelajari.Pihak studio berjanji akan menaikkan gaji saya jika lulus masa percobaan 3 bulan.
8 bulan berlalu dan tidak terjadi apa-apa pada gaji saya.Saya tanyakan pada pihak studio,selalu dijawab dengan jawaban yang subyektif;hasil fotoan saya belum baguslah,kerja belum maksimalah dan lain-lain.Akhirnya saya putuskan untuk mengundurkan diri.
Saya tidak membayar uang penalti sebab pihak studio yang ingkar janji.Saya minta kembali ijazah SMA saya tapi tidak dihiraukan.Alhasil sampai sekarang ijazah SMA saya masih mereka tahan,mungkin mereka buat pajangan kali,ya.Biarinlah,wong cuma selembar kertas yang membuktikan bahwa saya telah menjalani jenjang sekolah menengah atas.Tapi kalo ingat memorinya,sedih juga sih.hiks..
Berdasarkan pengalaman saya dan pengalaman teman-teman senasib,saya berkesimpulan bahwa kontrak kerja di studio rata-rata hanya menguntungkan pihak studio.Pekerja seolah-olah diikat,tidak ada reward jika waktu kontrak kerja terpenuhi.Pekerja sewaktu-waktu dapat dipecat tanpa pesangon,membayar uang penalti kalo keluar sebelum kontrak habis.Pada pokoknya kita sebagai pekerja tidak punya posisi tawar-menawar sama sekali,hiks..
Kamis, 20 September 2007
Digital fotografi,kemajuan atau kemunduran?
Dilihat dari segi kemajuan,wah jelas-jelas pesat sekali.Siapa yang bakal menyangka gambar yang kita bidik dan jepret seketika itu juga bisa dilihat hasilnya di layar LCD di belakang kamera,terlalu over atau under tinggal diulang.Nggak perlu buang-buang duit untuk beli berroll-roll film negatif,tinggal beli kartu memori bisa dipake berkali-kali sampe kapalan.
Mau retouching,tinggal masukin ke komputer,mau dibikin hitam putih,sepia,special efek tinggal klik nggak perlu repot-repot ke kamar gelap segala atau pesan ke tukang cuci cetak.Rapih dan bersih.
Kemundurannya,mungkin harus disebut sebagai proses yang mengarah kepada perbaikan kali,ya? yaitu imej yang dihasilkan kamera digital masa kini itu masih mentah banget,artinya pasti harus masuk retouching komputer dulu,baru jadi.Itupun belum bisa ngejar hasil cetakan kayak waktu masih pake manual dulu.Apalagi untuk soal detil dan kedalaman,wah jauh banget.
Saya menilai bahwa saya adalah salah satu tukang poto yang beruntung banget bisa mengalami fase masa-masa perubahan dari fotografi manual ke fotografi digital,sehingga bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mau retouching,tinggal masukin ke komputer,mau dibikin hitam putih,sepia,special efek tinggal klik nggak perlu repot-repot ke kamar gelap segala atau pesan ke tukang cuci cetak.Rapih dan bersih.
Kemundurannya,mungkin harus disebut sebagai proses yang mengarah kepada perbaikan kali,ya? yaitu imej yang dihasilkan kamera digital masa kini itu masih mentah banget,artinya pasti harus masuk retouching komputer dulu,baru jadi.Itupun belum bisa ngejar hasil cetakan kayak waktu masih pake manual dulu.Apalagi untuk soal detil dan kedalaman,wah jauh banget.
Saya menilai bahwa saya adalah salah satu tukang poto yang beruntung banget bisa mengalami fase masa-masa perubahan dari fotografi manual ke fotografi digital,sehingga bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing.