Sabtu, 21 November 2009

Tukang foto keliling

Di jaman digital ini, tukang foto keliling pun diharuskan pintar-pintar beradaptasi mengikuti perubahan. Seperti foto di atas, dengan ekstrimnya sang bapak tukang foto keliling membawa serta printernya agar konsumen dapat dengan segera melihat momen yang telah diabadikan di tempat wisata tersebut. Saya juga heran mengapa ia tidak menggunakan kamera Polaroid, atau mungkin sekarang harga filmnya juga sudah mahal sehingga dia lebih memilih agak sedikit repot tapi biaya bisa agak ditekan.

Bagaimanapun juga kita tidak bisa membendung dan menolak kemajuan teknologi. Hanya ada satu kekurangan dari teknologi yang sudah serba digital seperti sekarang ini jika dibandingkan dengan teknologi analog, yaitu; mereka tidak awet,they're not build to last.

Jika membuka kembali album foto hitam putih masa kecil saya dulu, terlihat tidak ada yang berubah, nuansa hitam putihnya tidak ada yang luntur sama sekali, padahal foto-foto itu juga dijepret oleh tukang foto keliling yang sehari-harinya melewati tempat tinggal saya dulu. Memang hasil fotonya tidak instan, 2 atau 3 hari kemudian bapak fotografer keliling tersebut baru kembali untuk menyerahkan hasil jepretannya. Tapi saya berani menjamin bahwa tidak ada printer canggih manapun yang bisa menyaingi kualitas cetakkan fotonya.

Bukannya saya ingin larut pada ' kejayaan ' jaman sebelumnya, tapi di tengah euforia mengagungkan semua yang serba cepat dan serba instan ini, saya tidak ingin ada sisi-sisi kualitas baik dari kita yang ikut tergerus, yaitu penghargaan terhadap proses.



Sumber foto

32 komentar:

  1. saya penasaran sama tukang2 foto di lokasi wisuda itu.
    cepet banget ya cetaknya.
    kualitas sih, wah jelek bgt hehe.

    BalasHapus
  2. Fotografer keliling di Aceh paling banyak mondok di Mesjid Besar Baiturrahman Banda Aceh. Tapi, tidak langsung membawa printer...

    BalasHapus
  3. Triunt : kalo yang ditempat wisuda itu mereka sudah bekerja sama dengan tempat cetaknya lengkap dengan template lokasi wisudanya,mas. Tanpa mas Tri sadari selagi acara wisuda berlangsung mereka kerja cepat ngejar deadline..hehe.

    Zulham : foto di artikel itu hanya contoh ekstrim saja kok,bang Zulham.

    BalasHapus
  4. iya... rasanya ingin mengulang kejadian masa lalu
    tapi masa kini gak bisa dibendung...
    harus ada kisah yg tersimpan
    begitu juga dengan dia..
    fotografer keliling..
    nasibmu kini

    BalasHapus
  5. Tapi kenangan dirimu akan selalu tersimpan di dalam hati...

    BalasHapus
  6. wahh keren ya tukang poto kelilingnya.. tapi saya bingung dimana dia nyari listrik buat nyolokin printernya?? heeee.. apa dia bawa aki kali ya.., kalo mengenai cetak foto dengan kwalitas yang kurang baik, ditempat saya ada 1 tempat yang kwalitas fotonya baik dan kuat, untuk tahan berapa lama saya belum tahu, karena kalo saya ingat-ingat foto yang pernah saya cetak disana itu baru ber-umur kurang lebih 3 tahun, warna tetep cemerlang...tapi prosesnya sampai satu hari baru kelar, jelas untuk harga agak beda heee...

    BalasHapus
  7. Kayaknya sih dia bawa aki,bro..lagian printer kan nggak terlalu makan listrik. Oh ya untuk mendapatkan yang bagus memang perlu proses dan harga..hehe.

    BalasHapus
  8. Sepakat, Bang!
    Penghargaan proses itu perlu meski di jaman yang serba digital ini.

    *Ah jadi kangen mainan dark room*

    BalasHapus
  9. Kalau saya jadi kangen moto pake kamera analog lagi..jadi bener-bener mikir dan nggak asal jepret dan delete.

    BalasHapus
  10. setuju kang. . .
    teknologi boleh semakin maju,tapi sayang. . .tak dibarengi dengan penambahan kualitasnya

    BalasHapus
  11. terkesan dengan tulisan ini karena teringat dengan seorang tukang foto keliling yang menjadi kawan saya dulu sekarang telah sukses membuka sebuah studio foto.
    Trims.

    BalasHapus
  12. numB3R : iya nih, sebaiknya kita -kita sendiri aja kang yang nambahin kualitasnya dengan service yang lebih ramah.

    Arkasala : Wah saya ikut senang mas, punya seorang teman yang sukses dibidang yang diyakininya.

    BalasHapus
  13. Pertama baru tahu kalau kualitasnya ternyata lebih baik yang manual ya...
    Kedua : memang benar kita harus menghargai hasil karya dilihat dari sisi prosesnya.

    BalasHapus
  14. proses nya yg paling penting justru ya Mas.
    sekarang tukang foto keliling hanya ada ditempat2 wisata atau kampus pas ada wisuda, mereka sudah nggak keliling kampung lagi.......jadi ingat masa kecil dulu.........
    Salam.

    BalasHapus
  15. Apakah masih ada yang pake jasanya ya, sebagian besar orang sekarang biasanya bawa kamera saku tuk jalan-jalan, hp berkamera juga gak jelek-jelek amat, hueheu...

    mungkin karena bawa printer yak.... agak unik

    BalasHapus
  16. Saungweb : kalau soal kualitas memang belum bisa dibantah,kang.Kalau akang punya foto-foto jaman dulu silahkan dibandingkan.

    Bundadontworry : iya bunda, sekarang hanya bisa jadi bahan untuk bernostalgia..hehe.

    BalasHapus
  17. Wempi : masih ada.oom. Biasanya bagi yang senang memiliki foto lembaran atau langsung hasil cetaknya.

    BalasHapus
  18. menjadi tukang foto keliling harus kreatif. Salah satunya seperti pada gamar itu, instan. Tidak mau kalah dengan cetak foto seharga seribuan :)

    *kesempatan komen di blogspot karena tembok apinya tidur*

    BalasHapus
  19. tukang foto difoto sma tukang foto lain, lantas siapa yang memoto tukang foto lain yang memoto tukang foto keliling itu, terus siapa yang moto tukang foto, blablabla

    BalasHapus
  20. Yang jelas sih semua tukang foto di foto pake kamera ya kang..hehe.

    BalasHapus
  21. saya juga punya kenangan dng tukang foto keliling mas. fotonya masih hitam putih, cara memotongnya pun dng bergerigi gitu. ini terjadi tahun 1980an. foto2 masih tersimpan sbg kenangan

    BalasHapus
  22. wooow.. kreatif euy.. eh tapi kok aku malah miris yah liat tukang foto di gambar itu.. hmmm.. :( ; btw, salam kenal yah..

    BalasHapus
  23. Iya kita jadi ikut prihatin, mereka terpinggirkan karena kemajuan teknologi. Salam kenal juga.

    BalasHapus
  24. Guskar : ya mas, kenangan dalam foto bisa saja luntur, tapi kenangan dalam hati kita mudah-mudahan tidak.

    BalasHapus
  25. kasian kalo melihat tukang foto keliling, palagi kalo aku lg jalan2 ke taman mini.soalnya yang jadi tukang foto keliling rata2 sudah sepuh.

    BalasHapus
  26. Memang begitulah mas keadaannya, mau beralih ke digital, peralatannya jauh lebih mahal dari yang manual, jadi memang serba susah.

    BalasHapus
  27. good..

    menginspirasi saya akan sesuatu.. wkwkwk :D

    BalasHapus
  28. Senang bisa ikut menginspirasi anda..hehe.

    BalasHapus
  29. belum updaet brotha...
    malam menjempput smangaat ya

    BalasHapus
  30. maksudnya, bradar? Semangat dibiarkan terus menyala..hehe.

    BalasHapus
  31. pengen deh punya camera yg kerend... :)

    BalasHapus
  32. Kalo kamera yang keren,saya juga kepengen..hehe.

    BalasHapus