Dalam dunia jasa fotografi, sebagaimana dunia penyedia jasa-jasa lainnya, juga tak luput dari suka dan duka.
Imej glamour dan 'wah' memang sering melingkupi dunia jasa fotografi, tapi itu hanya mewakili lingkup kecil saja, selebihnya adalah kerja keras.
Kisah ini dialami oleh seorang sahabat saya yang juga berprofesi sebagai fotografer. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan pelajaran bagi sahabat fotografer khususnya dan para sahabat pekerja penyedia jasa pada umumnya.
Masalah krusial yang sering menjadi batu sandungan adalah soal pembayaran. Sahabat saya mengambil order seorang klien dengan kesepakatan pembayaran di muka sebesar 50% dan 50% lagi setelah pekerjaan selesai. Di dalam dunia kami, rasanya tidak etis jika tidak menyerahkan seluruh hasil pekerjaan jika sudah selesai. Apalagi sudah mendapat fee di muka. Sayangnya sang klien mangkir untuk membayar sisa fee yang 50% lagi. Kalimat klasik yang sering dilontarkan ketika ditagih adalah ' nanti pasti saya transfer'.
Hal seperti ini memang lebih sering terjadi pada penyedia jasa yang bekerja secara perorangan atau pribadi.
Karena suka mengalami hal ini, seorang sahabat dari penyedia jasa lainnya menerapkan pembayaran order 75% di muka, untuk antisipasi agar tidak terlalu nyesek jika kliennya mangkir dalam pembayaran sisa order fee-nya.
Apapun alasannya, saya sebagai pekerja di bidang jasa hanya ingin menghimbau para pengguna jasa agar dapat menghormati kesepakatan yang sudah disetujui sebelumnya, demi kelancaran pekerjaan dan bisnis bersama.
Bagaimana dengan sahabat pembaca, punya pengalaman serupa?
Foto : Karib Munajat
Jumat, 09 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
40 comments:
kayanya semua penyelenggara jasa pasti pernah ngalamin hal seperti ini, pengguna jasa yang suka mapir ini harusnya bisa dijerat hukum, nyokap gw yg eo wedding pernah juga ngalamin kaya gini, wuiiihhh ga takut ya kl pernikahaannya jadi ga langgeng hehehe
Iya nih,mas. Di mohon kebesaran jiwanya untuk melunasi kewajibannya.
(maaf) izin mengamankan KETIGA dulu. Boleh kan?!
Yang pasti kesepakatan emang kudu ditepati. mangkir hanya bikin nambah dosa aja.
hehehehe
ternyata bukan hanya lika-liku laki-laki tetapi ada juga lika-liku fotografi....
aku ga punya pengalaman serupa sih.. *karena saya belum bekerja*
TApi saya sering kok menemukan penjual yg harus memnayar di muka.. 100% malah (seminggu sebelum hari H)..
so why not diterapkan? kan bisa sama2 enak.. :)
manusia2 kardus seperti itu emang banyak mas di dunia ini. Mengingkari janji.
Semoga mereka fiampuni dosa2nya
Bagi fotografer ya sudah ikhlaskan saja, Insya Allah akan diganti lebih banyak.
salam hangat dari BlogCamp
bener A...kesepakatan antara jasa tidak terlepas dari suksesnya komunikasi....
All : benar kata kang karzanik,komunikasi dan niat baik dari kedua pihak yang harus didahulukan:)
wah kalau menurut saya tergantung orangnya, kalau dasarnya suka nipu, ngebon, dan tidak peduli orang lain ya ngabur begitu saja...
memangnya ga pake surat kontrak y, mas? kalo ada suratnya kan bisa dituntut ke pengadilan. termasuk juga kalo ternyata pemilik jasa fotografinya yang macem-macem. walopun temen, kan harusnya udah jelas di awal, mana yg proyek beneran, mana yg sekedar proyek tengkiu.
Irawan : bener,mas, Harusnya mau hitam diatas putih atau tidak, hormatilah perjanjian yang sudah dibuat.
Chusnul Khairuddin : kalo mau dibawa ke pengadilan atau pihak berwajib takut kantong fotografernya malah lebih jebol..tau sendiri hukum di Indonesia..:)
walah mas, ternyata tak pernah berakhir ya cerita seperti itu. Main teror saja mas kalau harus berpikir ulang membawa ke jalur hukum
semoga saja tidak pernah terjadi kepada saya
baik mangkir utang ataupun dikibulin pelanggan
:)makasih sudah berbagi Mas Tukang Foto
zenteguh : wah, nggak suka main teror-teroran,mas. Akan ada karmanya sendiri,kok..:)
lyna riyanto : sama-sama,mbak.
Saya tak punya pengalaman sama sekali mengenai hal ini.
saya udah sering mas hehe
makanya suka kapok
Jadi lebih hati-hati untuk kedepannya.
kalo ga bisa lewat jalur hukum, sewa tukang pukul, masak kalah sama rentenir. biar dia ga bisa macam-macam sama kita. sekaligus jadi pelajaran buat calon klien yg lain juga. *lagi ngawur*
para penyedia jasa ini, memang sebagian pasti pernah mengalami hal seperti ini, klien yg mangkir dgn pembayaran, kakak sayapun pernah mengalaminya sewaktu menjadi EO dr seorang kawan baiknya yg menyelenggarakan pernikahan anaknya.
Kebayang gak sih? kok kawan baik, tega2nya melakukan hal ini........?
salam
chusnul khairrudin : waduh jadi saya yang takut nih..:)
bundadontworry : begitulah kenyataannya,bunda.
hmmmm.............
semua pekerjaans eau ada resikonya yah mas.........
jadi inget kemarin
ada orang pesen banner di blogku :(
sampai banner aku bikinin pake photoshop...
eh waktunya tuh orang bayar....
maah kabur gak ada kaburnya
so sad..............t
Itulah resikonya kalo bekerja sama dengan orang yang tidak bertanggung jawab:(
masih lon ada yg baru...clingak-clinguk....hihihihi
kalo itu pelanggan memang tipe orang yang suka ingkar janji, ya mungkin begitulah cara dia. tagih terus pantang mundur
Lebih kepada perjanjian pertamanya sepertinya..
nungguin postingan baru
Sedang disiapkan..sabar ya..:)
wah harusnya sih sama-sama punya niat baik, jadi sama2 enak...
kalo ga memenuhi kewajiban waaahhh..bisa ga berkah tuh pernikahannya.
wakakaka..
semoga menjadi pembelajaran bagi pemula lainnya..
*kunjungan perdana*
Terima kasih atas kunjungannya,kang..:)
Kasihan sekali teman bapak tsb. Pasti amat menyakitkan mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Gimana ya kalau si klien tsb diperlakukan yang sama juga seperti itu. Pasti Sakit. Hasil kerja orang kok nggak dibayar sih
Ampuuuuuun maaaas!!!!
Aku mah gak pernah kayak gitu....
suka gak bisa tidur...hihihi..
Hehe... biasa banget nih, kalo masalah bayar2an sering pura2 lupa :D
mas ekoooo
wah parah dong kalo gitu
kliennya ga boleh seenaknya aja nentuin dibayar kapan
kalo uda kesepakatan ya harusnya bayar dong
mas eko turut berduka cita yaaa
miss u much
halo mas tukang ppoto apa kabar??
teman saya masih menekuni profesi sbg fotografer pengantin dr kampung ke kampung. ia pernah bercerita spt artikel di atas. selain itu ia juga suka jepret acara2 wisuda/pensi anak2 sekolah, seringnya tekor.. wong foto yg digelar nggak ada yg beli
**ttp sy salut dng kesetiaannya dlm profesi itu
ada yang begitu?
fiuh.. itu artinya nggak menghargai orang lain.
mendingan seperti teman mas aja, DP dengan prosentase besar, menghindari hal2 yang nggak kita pengen.
bukan nggak percaya,
tapi antisipasi aja :)
hal serupa nggak hanya terjadi di bidang jasa fotografi, tapi kebanyakan bidang jasa lain yang dikelola perorangan juga pernah mengalami hal ini.
sepertinya metal orang Endonesa yang merasa nyaman dengan "ngutang" perlu dirubah ya? dan harus lebih menghargai lagi profesi fotografer!
sip dah pengalamannya, sallam jepret!
bagus keren triknya
Posting Komentar