Kejadiannya sudah lama berlalu, tapi lumayanlah untuk bahan update blog. Waktu itu artikel 'fashion fotografi' dari blog ini dikutip oleh Majalah CONCEPT atau CONCEPTMAGZ VOL07EDISI39'2010/ DES-JAN yang dimuat untuk sub artikel di majalah mereka yang waktu itu bertema edisi 'fashion graphics', dengan judul yang diganti menjadi 'man behind the gun'.
Saya sih senang aja artikel di blog sederhana ini dikutip oleh sebuah media nasional dengan tema spesifik, walau Majalah Concept melakukan kesalahan dengan tidak memberikan back-link atau mencantumkan blog fotografer jurnal sebagai sumbernya. Namun kemudian pihak redaksinya sudah mengkonfirmasi dan meminta maaf atas kesalahpahaman ini, setelah sebelumnya saya mengirimkan sebuah email untuk menanyakan perihal artikel saya yang dikutip tersebut.
Pada edisi Majalah Concept yang berikutnya mereka resmi mengklarifikasi hal tersebut dengan pemberitahuan pada kolom ralatnya.
Terima kasih.
photo caption courtesy of Majalah Concept
Sabtu, 26 November 2011
Kamis, 03 November 2011
Kamera DSLR sebagai kamera prosumer
Sudah menjadi hal yang umum jika di tempat obyek wisata kita sering melihat masyarakat atau mereka yang berprofesi bukan sebagai fotografer, membawa dan menggunakan kamera DSLR sebagai alat dokumentasi, apalagi jika kita berpapasan dengan wisatawan manca negara, sepertinya kamera DSLR sudah menjadi gadget yang wajib mereka bawa. Lalu kemana kamera prosumer yang selama ini biasa mereka gunakan? Mengapa sekarang awam banyak yang beralih ke kamera DSLR?
Padahal fitur-fitur kamera prosumer terkini seperti; pengaturan manual untuk merubah ISO, keleluasaan menentukan jenis eksposur, penyimpanan file pada format RAW atau malah kemampuan untuk berganti-ganti ukuran lensa pada prosumer Panasonic Lumix seri GF, Olympus seri Pen, atau Samsung NX. Lengkapnya secara teknologi, kamera prosumer masa kini nggak kalah dengan kamera DSLR.
Hanya masih ada sedikit keterbatasan pada kamera prosumer dibanding DSLR, misalnya dalam bidang detail hasil gambar, kinerja secara keseluruhan atau kelengkapan aksesoris penunjang lainnya. Malah harga pada beberapa prosumer terkini bisa lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kamera DSLR kelas entry level.
Bukan maksud saya untuk mengecilkan peran dan keberadaan kamera prosumer, tentu saja jenis kamera ini sangat cocok bagi mereka yang butuh kepraktisan dan tuntutan untuk fitur kamera yang lebih lengkap serta hasil gambar yang lebih baik dari sekedar kelas kamera saku.
Tapi bagi mereka yang menginginkan kualitas dan ingin memiliki keleluasaan jika nantinya ingin mengeksplorasi minatnya terhadap dunia fotografi lebih jauh, nggak ada salahnya untuk menjatuhkan pilihan anda pada kamera DSLR.
Selamat mencoba!
sumber gambar
Padahal fitur-fitur kamera prosumer terkini seperti; pengaturan manual untuk merubah ISO, keleluasaan menentukan jenis eksposur, penyimpanan file pada format RAW atau malah kemampuan untuk berganti-ganti ukuran lensa pada prosumer Panasonic Lumix seri GF, Olympus seri Pen, atau Samsung NX. Lengkapnya secara teknologi, kamera prosumer masa kini nggak kalah dengan kamera DSLR.
Hanya masih ada sedikit keterbatasan pada kamera prosumer dibanding DSLR, misalnya dalam bidang detail hasil gambar, kinerja secara keseluruhan atau kelengkapan aksesoris penunjang lainnya. Malah harga pada beberapa prosumer terkini bisa lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kamera DSLR kelas entry level.
Bukan maksud saya untuk mengecilkan peran dan keberadaan kamera prosumer, tentu saja jenis kamera ini sangat cocok bagi mereka yang butuh kepraktisan dan tuntutan untuk fitur kamera yang lebih lengkap serta hasil gambar yang lebih baik dari sekedar kelas kamera saku.
Tapi bagi mereka yang menginginkan kualitas dan ingin memiliki keleluasaan jika nantinya ingin mengeksplorasi minatnya terhadap dunia fotografi lebih jauh, nggak ada salahnya untuk menjatuhkan pilihan anda pada kamera DSLR.
Selamat mencoba!
sumber gambar