Jumat, 22 Oktober 2010

Olah digital


SEBELUM
SESUDAH

Ketika fotografi digital mulai marak pada awal tahun 2000 an, olah digital pada hasil karya fotografinya menjadi sebuah keharusan jika tidak ingin karya fotonya tampil hanya apa adanya. Dengan sendirinya kegiatan olah digital ini menjadi dekat dengan keseharian masyarakat karena hanya dengan berbekal sebuah PC seseorang sudah dapat melakukan 'rekayasa' terhadap hasil karya foto yang pada jaman fotografi analog dulu hanya dapat dilakukan oleh seorang operator lab.studio foto.

Sebagai tukang foto, saya sendiri merasa sangat terbantu secara positif dengan kemampuan yang tidak terbatas dari adanya kemudahan olah digital. Dapat mengkomposisi ulang sebuah foto, memaksimalkan terang gelapnya, memperbaiki tampilan warna sesuai selera, mengaburkan latar belakang, menghapus elemen yang tidak diinginkan, yang jelas segala kemungkinan untuk memaksimalkan sebuah hasil karya foto dapat dilakukan.

Jadi tidak murni fotografi lagi dong?
Sebenarnya sejak fotografi analog dulu hasil karya foto kita sudah direkayasa oleh tukang cetak atau operator lab studio foto. Entah itu terang gelapnya, koreksi warnanya biar lebih kinclong, atau sekedar soal cropping untuk komposisi ulang.

Awalnya saya juga sedikit ragu, apakah dengan kemungkinan yang tidak terbatas dari olah digital dalam 'mengacak-acak' sebuah karya foto masih dapat disebut fotografi?

Paradigma di dalam memandang sebuah karya fotografi di era digital sekarang ini memang sudah saatnya untuk dirubah. Jika hanya melakukan olah digital untuk memperbaiki penampilan sebuah foto mungkin masih bisa dianggap wajar dan bisa diterima, asal tidak mengubah unsur yang substansial secara ekstrim.

Saya sendiri lebih cenderung menyebut karya fotografi saat ini sebagai digital imaging, bagaimana dengan pendapat sahabat?


foto : tukangpoto, media.volvocars.com
digital imaging : ANDRE LEONARDO 081318530630
client : INDORENT

32 comments:

ReBorn mengatakan...

sebagai awam, ini juga sob yang ngebuat gw ragu. seberapa dalamnya kita bisa ngotak-ngatik poto sampai pada titik dimana ini bukan seni fotografi lagi.

makanya gw lebih ngehargai poto naturalis (yang kebanyakan item putih)soalnya lebih apa adanya.

tukangpoto mengatakan...

diterima masukkannya,mas.

alamendah mengatakan...

Seperti ReBorn, karena sama-sama awam, saya lebih menyukai foto-foto tanpa efek digital. Ketika memandang sebuah foto yang apa adanya, terasa ikut merasakan bagaimana susahnya, ketekunan, kejelian dari sang fotografer dalam mengarahkan lensa kameranya.

jumialely mengatakan...

saya orang awam mas .. hehhhe, tapi seorang fotografer yang menjunjung tinggi nilai fotografi yang membutuhkan waktu bertahun untuk belajar memijit shutter demi mendapatkan karya yang luar biasa dan moment yang tepat, maka hasil re touching dengan software itu bukanlah lagi sebagai hasil fotografi.
Hanya, terkadang untuk kebutuhan tertentu, seorang fotografer juga harus merelakan hasil karyanya dijadikan foto digital.... :D

nyambung gak sih mas...

sok tau saya ya

salam

tukangpoto mengatakan...

Nyambung kok mbak, sebagai pernyataan tentang idealisme fotografi..

days of being dumb mengatakan...

kalau menurut saya, lagi-lagi balik lagi ke tujuan motretnya, mas. untuk keperluan jurnalisme, misalnya, hanya retouching yg diperkenankan. itu pun tidak melampaui batas wajar. dalam arti sama seperti apa yg dilihat mata ketika memotret.

tapi untuk keperluan komersial, mau pake digital imaging seekstrem apa pun rasanya sah-sah saja, sepanjang klien puas. :)

tukangpoto mengatakan...

Setuju dengan pendapat mbak Chusnul.:)

exort mengatakan...

selama hasil fotonya cuma diotak atik sebatas editing kamar gelap masih disebut foto tp kalau uda pake tehnik lebih jauh apa lagi dicrop trus ditambah2in yg lainnya, itu baru digital imaging

tukangpoto mengatakan...

Oke deh..

Unknown mengatakan...

Walaupun saya penikmat karya fotografi, dan punya kamera digital tapi lebih jarang memotret, Paling dengan memakai kamera hp.

multibrand.blogspot.com

tukangpoto mengatakan...

Harus sering-sering dipake,pak..sayang dianggurin..:)

anna mengatakan...

waaa..
mungkin sebaiknya oldig dipake untuk tujuan komersial aja.
soalnya saya juga sama dengan Reborn.. suka yang natural..

hpnugroho mengatakan...

saya masih belajar dalam dunia photographi, tapi menurut pendapat pribadi, yang namanya seni itu harus asli, dimana orisinilitaslah yang menentukan. kalau sudah masuk kedalam proses digitalisasi dengan bantuan software, asalkan mahir hasil jepretan asal bisa terlihat bagus, itu bukan seni photographi tapi seni olah digital ...

ini pendapat pribadi lho, soalnya saya gak bisa ngoprek-ngoprek pake software ... :)

tukangpoto mengatakan...

anna & hpnugroho : ternyata masih suka dengan idealismenya, tapi bagaimana dengan seni olah digital, itu juga seni dan membutuhkan keahlian khusus,lho..tapi setuju dengan mbak Anna,oldig yang ekstrim memang sebaiknya untuk tujuan komersial saja..:)

citromduro mengatakan...

saya masih belajar editing dengan adobe photoshop

citromduro mengatakan...

soal fotografer dengan olah digital saya kurang paham juga
motret tinggal jeprat jepret aja mas
salam dari pamekasan madura

isnuansa mengatakan...

Saya bisanya cuma ngecilin pixel-nya aja Mas, kalo ngedit foto. :))

advertiyha mengatakan...

Wah,, keyeeeeeeeeennn,,,
ajarin aku ini dong mas tukang poto,, hehehe...

tukangpoto mengatakan...

Boleh-boleh,mbak Iyha...:)

wempi mengatakan...

olah digital juga karya seni...
olah digital gak akan cantik kalo sipembuatnya gak ada jiwa seni, tul tak? :D

kalo skarang harus bersinergi teknik fotografi dan teknik olah digital, tentu bakal lebih cantik lagi...

kecuali untuk dokumentasi, hasil fotografinya harus original...

tukangpoto mengatakan...

Betul..betul..betul..

renra cikatos mengatakan...

boleh om bagi2 ilmu fotografinya...saya pencinta gila photoshop nich...

tukangpoto mengatakan...

Oh, boleh-boleh..

Allya Innaz mengatakan...

keren banget om blognya... salam kenal ya, boleh gak copas artikel2 om? makasih

tukangpoto mengatakan...

Salam kenal juga Allya, silahkan dicopas dan jangan lupa linknya ya..:) Makasih

Fenomena Oktober 2010 mengatakan...

Postingannya n poto2ny bikin ngiler aja sob..

Saung Web mengatakan...

Mampir lagi deh nmau lapor.. kemarin sy baru beli Camera digital yg murah..murah.. karena yg dulu ilang.. hehe..

Anonim mengatakan...

Salam kenal mas...
Saya suka pohotgraphy, sekarang sedang asyik belajar, juga blajar utak-atik photoshop. Saya sendiri kurang suka dengan olah digital yang terlalu extreem, saya kadang merasa aneh sendiri, maka dari itu editing yang saya lakukan sebisa mungkin terlihat alami dan dalam batas kewajaran. Beda lagi kalau mau lucu-lucuan..hahahahah...
PS: semog saya bisa banyak belajar dari blog ini...

ramlan n' arie mengatakan...

salam kenal, kunjungan balik ditunggu di sini http://ramlannarie.blogspot.com/ dan http://ramlannarie.wordpress.com/

tukangpoto mengatakan...

primeedges : mari kita sama-sama belajar,mas..

ramlan n'arie : salam kenal juga..

asop mengatakan...

Wah, kalo menguasai perangkat lunak pengolah gambar, bisa bikin gambar yang luar biasa kapanpun dan dengan dasar foto apapun juga. :D
*yang penting ide dan kreatifitas* ^__^

ded mengatakan...

Saya sangat setuju dengan tulisan "tukangpoto". Orang-orang harus bisa menghargai sebuah foto yang punya nilai sebagai suatu hasil karya seni ......