Rabu, 28 Desember 2011

Memori


Kususuri kembali
jalan yang dulu pernah
kita lalui bersama
sambil berpegangan tangan
bertukar pandangan mata
sejumput senyuman di sudut bibir
kau kirim beribu makna
mendengar angin berbisik
menciumi wangi akasia
sungguh begitu sederhana
namun sarat makna
hanya hati kita yang tau
sengaja kuselipkan memori ini
di sudut hati
agar ketika kangen padamu
aku bisa membukanya kembali


Jumat, 23 Desember 2011

FAQ about photography

Frequently Asked Questions about photography atau pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada saya tentang fotografi yang biasanya ditanyakan oleh yang awam maupun oleh yang baru belajar tentang fotografi. Saya berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan seobyektif mungkin agar persoalan dasarnya dapat terjawab. Berikut di antaranya;


- Mas, kamera apa sih yang bagus untuk yang baru mau belajar fotografi?
Kamera DSLR jenis entry level merk apa saja beserta lensa kit bawaannya sudah memadai untuk mempelajari dasar-dasar fotografi.

Contohnya : Nikon D3100, Canon 1100D dan lain sebagainya.


- Mas, kalo kamera merk Nikon sama Canon bagusan mana sih?
Setiap merk kamera mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Jika ada yang mengatakan bahwa kamera merk tertentu lebih unggul dari yang lainnya itu semata karena kelebihan dari merk kamera yang disebut sudah dapat mengakomodasi kebutuhan fotografi si pembuat statement. Kelak jika sudah lebih lama mendalami fotografi dengan sendirinya akan mengetahui kamera merk apa yang lebih cocok dengan kebutuhan fotografi masing-masing.

( BERSAMBUNG )



foto : DEFF PORTRAITIST  ( 08568342777 )

Kamis, 15 Desember 2011

Tips memasarkan jasa fotografi lewat internet



Sudah setahun terakhir ini saya mencoba untuk memasarkan jasa fotografi lewat internet. Padahal pengetahuan saya tentang dunia internet dan pemasaran lewat internet itu masih tergolong cetek, maklum masih newbie. Tapi justru karena keberadaan internet juga proses saya mempelajari workflow pemasaran di dunia maya ini jadi bisa lebih dimudahkan. Tinggal klik, kita bisa langsung bertanya sama pakarnya, diskusi di forum-forum dan lain sebagainya.

Mengapa harus memasarkan lewat internet? Saya percaya di masa yang nggak akan lama lagi semua sisi kehidupan kita pasti akan bersinggungan atau bahkan bergantung dengan yang namanya internet. Pemasaran usaha lewat internet selain jauh lebih murah, mudah dan hasilnya sangat jauh lebih efektif. Sedikit bocoran, sekarang 100% klien jasa fotografi saya berasal dari internet.

Tips ini merupakan langkah-langkah yang saya lakukan dari nol, baik dalam pengetahuan maupun secara praktek. Coba sana coba sini, trial & error, sampai bisa menghasilkan seperti sekarang, berikut langkah-langkahnya :

a. Website atau blog yang representatif.
Memiliki website atau blog gratisan merupakan sebuah keharusan. Dalam hal ini saya menggunakan fasilitas blog gratis dari Blogspot. Ibarat 'rumah' milik kita yang memiliki alamat jelas di jagad internet yang nantinya akan  digunakan untuk memajang portfolio kita sesuai dengan target pasar yang dituju. Jangan lupa untuk menyisipkan frase kata yang akan kita gunakan sebagai kata kunci atau keyword agar blog kita bisa terindeks oleh search engine, dalam hal ini Google, sesuai dengan segmen klien yang kita incar. Keywordnya bisa berupa : jasa fotografi, jasa fotografer, fotografer makanan, atau jasa foto prewedding.
Keyword ini bisa  ditempatkan di header blog sebagai tagline atau disisipkan dalam artikel ketika kita mengupdate blog nantinya.


b. Dikenal lewat SEO.
Penting bagi blog kita untuk berada di halaman pertama dari hasil pencarian Google ketika keyword yang kita pakai diklik oleh klien calon pengguna jasa, sebab blog atau iklan jasa foto yang nangkring di halaman pertama dari mesin pencari yang paling sering dapat order. Lebih bagus lagi kalo bisa berada di urutan 5 besar.
Saya nggak punya rumus yang pasti untuk optimasi blog lewat SEO ini. Banyak trik khusus yang harus dilakukan jika kita mau bertanya pada pakarnya. Yang saya lakukan hanyalah terus mengupdate blog dengan foto-foto baru, blogwalking sambil meninggalkan komentar serta link menuju blog saya, nggak berhenti untuk memasang iklan secara gratisan, dan posting di jejaring sosial.

c. Pasang iklan.
Terus terang klien pertama saya yang datang dari internet adalah karena iklan jasa foto saya yang masuk di halaman pertama hasil pencarian di Google untuk kata kunci 'jasa fotografi'. Jasa pasang iklan yang saya gunakan adalah juga jasa pasang iklan gratisan yang banyak ditawarkan di internet. Sekedar info, banyak situs jasa iklan gratis yang bagus kedudukannya di mata search engine, seperti situs iklan tokobagus.com, olx.co.id, hotfrog.co.id dan sebagainya.
Dalam hal pasang iklan ini saya nggak pernah pasang iklan berbayar, semuanya menggunakan jasa iklan gratis. Jika ada tawaran pasang iklan gratis pasti saya manfaatkan untuk beriklan. Bisa menempatkan keyword dan link menuju blog kita lebih banyak logikanya akan lebih sering terindeks oleh Google, dan hal ini dapat memperkuat kedudukan blog dan iklan kita di mata search engine.

d. Submit ke jejaring sosial atau forum.
Lebih banyak yang tau tentang usaha yang sedang kita jalankan tentunya akan lebih baik bagi peluang untuk terjadinya order. Untuk submit ke jejaring sosial, saya memilih Facebook. Selain lebih populer juga memberi kemungkinan bagi saya untuk mengupload foto.Untuk Twitter, saya gunakan hanya jika ada notifikasi penting untuk diketahui khalayak. Sedangkan di forum-forum, saya hanya sesekali posting untuk sekedar meninggalkan jejak.

Ternyata dengan memanfaatkan fasilitas gratis yang disediakan di internet, kita bisa mengoptimalkan pemasaran usaha dengan hasil yang sangat baik, seperti yang sudah saya rasakan sendiri.
.

Bagi para sahabat, semoga sepotong pengalaman saya ini mudah-mudahan dapat membantu.

Selamat mencoba!





screenshot  : Google.co.id

Sabtu, 10 Desember 2011

Olah rasa dalam fotografi

Ketika pertama belajar fotografi dulu, banyak sekali hal-hal yang bersifat teori dan teknis yang kadang membuat kita jadi nggak fokus terhadap apa yang menjadi prioritas utama dalam mempelajari fotografi, yaitu praktek. Ya, fotografi adalah 10% teori dan 90% praktek, malah saya berani menjamin bahwa pelajaran teorinya akan lebih melekat jika dilakukan sambil praktek. Learning by doing. Karena pada akhirnya kita diharapkan dapat melihat dan mengabadikan hal-hal biasa menjadi indah lewat olah rasa akan keindahan dalam mata fotografis tanpa terbebani oleh hal yang sifatnya teoritis.

Untuk membiasakan agar mata kita dapat melihat keindahan lewat kacamata fotografis, berikut hal-hal yang bisa kita lakukan :


a. Menguasai praktek teori dasar.
Walaupun kita nggak harus menguasai teori dasar fotografi secara mendetail dan menjadi expert tapi setidaknya kita tau bukaan rana berapa yang digunakan jika kita harus membekukan gerakan anak-anak yang sedang bermain bola, melakukan teknik 'panning' pada orang yang bersepeda, memblurkan latar depan atau belakang objek foto kita, lensa berapa milimeter yang cocok untuk memotret pemandangan dan praktek teori dasar lainnya. Hal ini diperlukan agar kita bisa mengantisipasi dengan tepat jika ada momen bagus yang terjadi di depan mata dan kita hanya memiliki waktu sekian detik untuk memutuskan pendekatan teknis yang mana yang akan kita gunakan untuk mengabadikan momen tersebut.

b. Self assignment.
Asah kepekaan visual anda terhadap sebuah objek. Sebagai contoh, objeknya adalah sebuah apel. Beri sebuah tugas pada diri anda bahwa selama sebulan anda hanya akan memotret objek yang bertemakan buah apel. Buah apel tersebut bisa anda potret dari berbagai sudut pandang, bisa dibelah, ditancapkan pada sebilah pisau, ketika sedang digigit oleh seorang teman, buah-buah apel di dalam troli di supermarket dan sebagainya. Gunakan imajinasi anda. Ganti tema tugas ini setiap bulannya. Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengasah kepekaan serta memperkaya imajinasi visual anda terhadap objek-objek yang ada di sekeliling kita.

c. Evaluasi.
Mintakan pendapat guru atau senior terhadap karya fotografi anda. Dengarkan apa yang bisa diperbaiki atau ditingkatkan. Pendapat konstruktif mereka akan sangat berharga karena sedikit banyak pengalaman visual mereka sudah lebih kaya, hal ini dapat menjadi barometer untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana anda bisa menyerap dan menerapkan ilmu fotografi  yang dipelajari selama ini.

Semoga tips di atas dapat membantu sahabat untuk mengolah rasa, menambah kepekaan akan keindahan visual lalu mengaplikasikannya dalam sebuah karya fotografi.


"..bukan cuma soal kamera, tapi imajinasi yang melampauinya."


foto  :  tukangpoto

Sabtu, 26 November 2011

Dikutip oleh MAJALAH CONCEPT

Kejadiannya sudah lama berlalu, tapi lumayanlah untuk bahan update blog. Waktu itu artikel 'fashion fotografi' dari blog ini dikutip oleh Majalah CONCEPT atau CONCEPTMAGZ VOL07EDISI39'2010/ DES-JAN yang dimuat untuk sub artikel di majalah mereka yang waktu itu bertema edisi 'fashion graphics', dengan judul yang diganti menjadi 'man behind the gun'.

Saya sih senang aja artikel di blog sederhana ini dikutip oleh sebuah media nasional dengan tema spesifik, walau Majalah Concept melakukan kesalahan dengan tidak memberikan back-link atau mencantumkan blog fotografer jurnal sebagai sumbernya. Namun kemudian pihak redaksinya sudah mengkonfirmasi dan meminta maaf atas kesalahpahaman ini, setelah sebelumnya saya mengirimkan sebuah email untuk menanyakan perihal artikel saya yang dikutip tersebut.

Pada edisi Majalah Concept yang berikutnya mereka resmi mengklarifikasi hal tersebut dengan pemberitahuan pada kolom ralatnya.
Terima kasih.



photo caption courtesy of Majalah Concept

Kamis, 03 November 2011

Kamera DSLR sebagai kamera prosumer

Sudah menjadi hal yang umum jika di tempat obyek wisata kita sering melihat masyarakat atau mereka yang berprofesi bukan sebagai fotografer, membawa dan menggunakan kamera DSLR sebagai alat dokumentasi, apalagi jika kita berpapasan dengan wisatawan manca negara, sepertinya kamera DSLR sudah menjadi gadget yang wajib mereka bawa. Lalu kemana kamera prosumer yang selama ini biasa mereka gunakan? Mengapa sekarang awam banyak yang beralih ke kamera DSLR?

Padahal fitur-fitur kamera prosumer terkini seperti; pengaturan manual untuk merubah ISO, keleluasaan menentukan jenis eksposur, penyimpanan file pada format RAW atau malah kemampuan untuk berganti-ganti ukuran lensa pada prosumer Panasonic Lumix seri GF, Olympus seri Pen, atau Samsung NX. Lengkapnya secara teknologi, kamera prosumer masa kini nggak kalah dengan kamera DSLR.

Hanya masih ada sedikit keterbatasan pada kamera prosumer dibanding DSLR, misalnya dalam bidang detail hasil gambar, kinerja secara keseluruhan atau kelengkapan aksesoris penunjang lainnya. Malah harga pada beberapa prosumer terkini bisa lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kamera DSLR kelas entry level.

Bukan maksud saya untuk mengecilkan peran dan keberadaan kamera prosumer, tentu saja jenis kamera ini sangat cocok bagi mereka yang butuh kepraktisan dan tuntutan untuk fitur kamera yang lebih lengkap serta hasil gambar yang lebih baik dari sekedar kelas kamera saku.

Tapi bagi mereka yang menginginkan kualitas dan ingin memiliki keleluasaan jika nantinya ingin mengeksplorasi minatnya terhadap dunia fotografi lebih jauh, nggak ada salahnya untuk menjatuhkan pilihan anda pada kamera DSLR.

Selamat mencoba!


sumber gambar

Rabu, 19 Oktober 2011

Prospek bisnis fotografi

Bagaimana prospek bisnis fotografi di Indonesia saat ini? Bagi mereka yang pesimis tentu akan mengatakan; sudah banyak saingan, banyak newbie atau malah pemain lama yang rela banting harga demi memikat pasar, banyak yang mengaku fotografer padahal cuma sebatas rekayasa digital. Tapi bagi mereka yang optimis tentu akan berkata; pasarnya luas otomatis peluang masih terbuka lebar. Selama niat kita positif ingin memberi yang terbaik bagi masyarakat luas, kesempatan untuk maju dan berkembang selalu ada. Ini baru namanya semangat!

Lalu kira-kira faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan agar bisnis jasa fotografi ini bisa survive dan berkembang? Berdasarkan hasil ngobrol dengan teman-teman seperjuangan, pengalaman sendiri dan gugling sana-sini, faktor penentu keberhasilan tersebut dapat disarikan menjadi :


a. Lokasi.
Bagi yang ingin membuka studio foto atau cetak foto digital tentunya faktor lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh calon klien akan memberikan keuntungan lebih. Tidak ada patokan khusus untuk faktor lokasi ini, sebab nantinya tiap faktor akan saling berkaitan.


b. Promosi.
Tidak ada yang akan tau anda sedang bisnis apa tanpa sebuah promosi. Untuk promosi sebagai pemicu agar khalayak aware dengan brand fotografi anda, anda bisa pasang iklan di media yang segmentasi pasarnya sesuai, mengikuti pameran dengan tema yang sama atau promosi lewat media online dengan biaya yang relatif murah namun efektif. Seiring dengan berjalannya waktu, promosi dari mulut ke mulutlah yang terbukti akan paling solid dalam mendatangkan klien.


c. Segmen pasar.
Menggarap satu segmentasi pasar dengan serius akan lebih mendatangkan hasil yang signifikan daripada harus serakah bermain di segala segmen. Segmentasi pasar di sini diartikan apakah itu bisnis cetak foto digital, studio foto, fotografer freelance, kursus fotografi dan lain-lain. Sebab setiap segmen memiliki penanganan dan detail kebutuhan yang berbeda. Tapi jika anda memiliki modal yang besar tidak ada salahnya juga jika ingin membuat sebuah one stop photography service.

d. Inovasi produk.
Agar dapat dibedakan dari pemain yang sudah ada atau istilahnya 'stands out from the crowd', produk kita harus memiliki ciri tersendiri yang dapat ditonjolkan dan diandalkan untuk menggaet calon klien. Apakah itu hasil cetak fotonya yang selalu tepat waktu, foto wedding dengan aliran klasik yang kental, foto fashion high key nya yang asik, studio 3D nya yang menawan dan lain sebagainya.

e. Customer service.
Jangan pernah mengecewakan klien, jangan memberikan janji yang tidak bisa anda tepati, jangan pernah memberikan penawaran yang tidak bisa anda penuhi. Sebab sekali klien kecewa, hilang sudah kesempatan usaha kita dipromosikan secara gratis dan efektif lewat mulut ke mulut atau 'word of mouth' sehingga menyebabkan kita bisa kehilangan kepercayaan publik serta calon klien berikutnya.

Kelima faktor di atas tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Semuanya harus dijalankan secara terintegrasi dan berkesinambungan agar usaha kita bisa sukses dan berjalan lancar.

Jadi bagi yang ingin terjun di bisnis fotografi, jangan ragu pasarnya masih terbuka luas.

Semoga membantu.



gambar  :  Google search.

Senin, 10 Oktober 2011

RAW atau JPG ?

Karakteristik dari masing-masing file RAW atau JPG pastinya sudah menjadi pertimbangan tersendiri bagi para fotografer ketika akan menyimpan hasil karya mereka.

Sebagai gambaran, bagi fotografer yang akan mengolah atau mengedit kembali hasil pekerjaannya melalui komputer maka bentuk file RAW lah yang akan lebih memudahkan pekerjaan mereka. Sedangkan bagi yang sudah cukup puas akan hasil dari settingan pengolah gambar bawaan dari kamera DSLR nya maka file JPG adalah pilihan yang tepat.

Berikut uraian singkat mengenai karakteristik dari masing-masing file :

File RAW
File RAW adalah file hasil murni rekaman sensor kamera, belum melewati proses olah gambar serta belum dikompresi.
File RAW termasuk dalam file yang optimal dalam menyimpan detail gambar, sehingga ukuran filenya jauh lebih besar dari file JPG.
Dengan menyimpan gambar pada format RAW, maka dalam hal pengolahan atau proses edit gambar akan memberikan keleluasaan penuh untuk kita dalam mengubah atau mengatur hasil gambar sesuai selera masing-masing. Keleluasaan penuh itu termasuk pada bidang : tone, kontras, saturasi warna, under/over eksposur,sharpening, white balance dan lain-lain.


File JPG
File JPG adalah file yang sudah melewati proses olah gambar hasil settingan kamera, sudah terkompresi dan berkurang kualitas gambarnya.
Olah gambar pada file JPG ini dilakukan lewat settingan kamera di mana anda dapat menentukan white balance, picture style atau style gambar sesuai selera masing-masing untuk menentukan saturasi warna, ketajaman, kontras dan lain-lain.
Belakangan karena teknologi kamera DSLR yang sudah semakin canggih menyebabkan hasil gambar dari file JPG juga sudah semakin membaik dan memadai.

Semoga membantu.



foto  :  Alex Supriatna

Sabtu, 24 September 2011

Saya dan Koran Kontan

Saya pertama kali mengenal koran Kontan adalah ketika masih menjadi sisipan dari harian Kompas dahulu. Saya pikir dengan format yang membahas soal bisnis dan investasi secara harian, yang pada waktu itu masih jarang disentuh oleh media lain dan tentunya informasi-informasi yang dibawa oleh harian Kontan akan sangat memperkaya wawasan para pebisnis dan investor membuat kehadirannya layak diterima.

Terbukti setelah lima belas tahun kehadirannya, koran Kontan masih tetap eksis walau sekarang sudah banyak media-media lain yang juga membahas soal bisnis dan investasi. Ini menandakan bahwa isi dan tulisan dari Kontan masih menjadi acuan serta bahan bacaan yang terpercaya bagi para pembacanya.

Dari sekian segmen tulisan yang ada di koran Kontan, segmen tulisan peluang usahalah yang menjadi favorit saya. Maklum, selain hanya seorang tamatan SMA, saya juga sedang merintis usaha kecil-kecilan. Pembahasan yang mendalam menyangkut kelayakan sebuah peluang usaha serta wawancara langsung dengan para pelaku industrinya selalu menjadi bahan pembelajaran yang berharga bagi saya.

Kalau boleh usul, bagaimana jika porsi tulisan yang mengetengahkan soal peluang usaha dan industri kecil menengah diperbesar. Karena selama ini saya merasa kalau tulisan di Kontan lebih besar porsinya untuk kepentingan para pebisnis mapan dan bermodal besar. Selain dapat merangsang jiwa-jiwa wirausaha baru, juga bisa membuka wawasan bagi kemajuan industri kecil menengah yang kita tau paling besar jasanya di dalam memperkuat ekonomi kerakyatan di Indonesia.

Langkah koran Kontan untuk menjadi koran online juga merupakan langkah yang patut dipuji. Karena sekarang para pebisnis dan pengambil keputusan sudah dapat mengunduh konten-konten online secara mobile dari telepon seluler mereka. Walau di lain pihak kita harus bisa menghapus romantisme membaca koran sambil leyeh-leyeh ditemani secangkir kopi, keputusan untuk lebih menyelamatkan bumi dari penebangan pohon untuk dijadikan kertas koran menuju paperless community adalah langkah yang bijaksana.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kepada koran Kontan, semoga senantiasa dapat menjadi acuan yang akurat bagi bisnis dan investasi di Indonesia.

Kamis, 01 September 2011

Tas kamera

Ketika seorang fotografer ingin bepergian, lalu membawa serta peralatan fotografinya, baik itu ketika ada order atau untuk hunting foto, pastinya ia memerlukan sebuah tas kamera yang dapat diandalkan untuk membawa gadget fotografinya.

Walaupun banyak tas biasa yang dapat dipergunakan tapi alangkah baiknya jika mempergunakan tas khusus yang memang diperuntukkan untuk melindungi investasi peralatan kerjanya.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika harus menjatuhkan pilihan pada tas kamera yang ingin dimiliki,
antara lain :

a. Kuat dan dapat diandalkan.
Nggak lucu jika mengandalkan keamanan kamera anda pada sebuah tas kamera tapi ternyata tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik, mungkin jahitannya yang cepat putus, atau bahan tasnya yang mudah sobek. Dan faktor kekuatan inilah yang paling utama yang harus dipertimbangkan pada sebuah tas kamera.

b. Mudah digunakan.
Selain kuat tas kamera ini juga harus mudah digunakan, khususnya ketika ada momen berharga dan anda harus dapat dengan cepat mengeluarkan dan mempergunakan kamera anda.


c. Tidak menarik perhatian.
Ada sebagian produsen tas kamera yang suka dengan mencolok menempelkan merk kamera tertentu pada tas kamera produksinya. Toh anda tidak bermaksud memamerkan merk gear yang anda bawa dan menjadi incaran tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.


d. Memiliki rain cover.
Saya sangat merasakan manfaat dari keberadaan tudung hujan ini ketika memotret outdoor dan di daerah yang tidak dapat diperkirakan cuacanya ( dapat dengan tiba-tiba turun hujan ). Biasanya rain cover ini menyatu dengan badan tas dan disematkan pada bagian bawah dari tas.

Semoga membantu.


sumber foto

Kamis, 18 Agustus 2011

Puasa untuk Allah

Kata emak..
puasa itu lebih dari
sekedar menahan lapar dan dahaga

kata emak..
taqwa dan pengendalian diri
jauh lebih bermakna

kata emak..
cukup dengan dua biji kurma 
kita bisa berbuka
tidak harus dengan selera meja makan

kata emak..
berpuasalah hanya untuk Allah
niscaya akan diberkahi ridhoNya

Ya Allah..
lapangkanlah rejeki kami
agar kami bisa merawat dan menyayangi emak
Amin.


buat emak kami..

Rabu, 20 Juli 2011

Menghindari rasa bosan di studio

Yang namanya kerja, walau bagaimanapun nyamannya tempat kita kerja rasa bosan pasti pernah dirasakan oleh para sahabat. Tak terkecuali oleh kami para laskar studio foto.

Banyak cara ditempuh untuk menghindar dari rasa bosan ini, sedikit tips dari kami bagaimana untuk menghindarinya ketika rasa itu mulai mengganggu kinerja sahabat di tempat kerjanya masing-masing :

Mencoba hal baru.
Mencoba hal baru selalu membuat kita lebih bergairah di dalam menjalankan pekerjaan. Jika di bidang kami; mencoba pose baru, teknik lighting baru, angle yang berbeda, komposisi yang tidak biasa, apalagi pas ketemu dengan klien yang mau diajak bereksperimen dan bereksplorasi, klop deh!


Online.
Beruntung bagi mereka yang di tempat kerjanya menyediakan sambungan internet untuk update terhadap hal terbaru, FB-an atau sekedar memeriksa email tanpa mengganggu tugas utama.

Ngopi.
Selalu saja ada alasan untuk sejenak rehat dari pekerjaan. Untuk sekedar melarikan diri dari rutinitas. Anda bisa ngopi, merokok, makan cemilan, sambil ngobrol dengan topik yang ringan memyegarkan. Pokoknya hal yang bisa merefresh diri anda.

Around the mall.
Pelepasan kepenatan melalui rangsangan penyegaran secara visual merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menghindari kebosanan.Jalan-jalan atau window shopping bisa merupakan salah satu jalan keluarnya.

Tips di atas merupakan rangkuman dari pengalaman favorit kami untuk mengusir kejenuhan ketika kami sedang menjalankan tugas. Untuk kegiatan yang lain tentunya bisa disesuaikan dengan kondisi dan situasi di tempat kerja para sahabat masing-masing.

Selamat mencoba.


foto  :  tukangpoto

Senin, 18 Juli 2011

Rindu hujan

Rindu aroma tanah basah terhalang aspal
silau mentari tersaput warna kelabu
ribuan titik air menghujam lembut bening
hujan ini sembuhkan segala letih
sakit hati redam tersiram sejuk
sarat liku dahaga digenapi




Sabtu, 16 Juli 2011

Lighting high key

Lighting high key adalah pencahayaan yang terang, merata dan menghindari adanya bayangan pada sebuah obyek.

Biasanya lighting high key ini diterapkan pada pemotretan yang menginginkan agar detail pada sebuah obyek dapat terekam dengan jelas, memberikan mood yang cerah dan atmosfir yang gembira.
Diantaranya pada pemotretan foto produk, fashion, baby atau anak-anak.

Set up penerapan lighting high key ini bisa bermacam-macam, diantaranya :

Lighting satu lampu.

Satu lampu sebagai mainlight menggunakan softbox minimal berukuran 120x60, agar cahaya dapat jatuh lebih merata dan mengeliminir adanya bayangan. Disetel overexpose antara 1/2 sampai 1 stop tergantung efek yang dikehendaki.

Lighting dua lampu.

Dua lampu sebagai mainlight menggunakan softbox minimal 60x60 serta diposisikan equivalen terhadap obyek sebagai sumbu. Jadi tidak ada lampu yang berfungsi sebagai fill-in.

Jika masih timbul bayangan atau gradasi terang gelap pada obyek, bisa dihindari dengan memaksimalkan fungsi dari reflektor.

Semoga membantu.



foto  :  tukangpoto

Minggu, 10 Juli 2011

Kolak tape ibu





Kuingat ibu
sebagai orang yang mengantar
langkah pertamaku ke dunia
yang selalu memberi jajan
minum jamu beras kencur
atau sebungkus kwetiau goreng
setiap aku ikut ke pasar
yang selalu membuatkan makanan kesukaanku
jasa dan pengorbananmu
yang sudah menjadikan raga ini

Selamat ulang tahun ibu
selamat jalan
tersenyumlah
sampai kita bertemu kembali

Menjelang Ramadhan ini
kangenku akan kolak tape buatanmu...



Kredit foto : saya digendong ibu, umur 2 bulan, 21 06 1973
di Kampung Tanjung, Bandung.



















Senin, 13 Juni 2011

Tips mengenal reflektor

Ketika memotret seorang model atau sebuah produk dan merasa ada bagian-bagian dari obyek tersebut yang kurang tercahayai oleh sumber cahaya utama tapi menginginkan cahaya yang lembut untuk mengisinya di sinilah kehadiran reflektor untuk memantulkan cahaya tambahan diperlukan.

Berdasarkan jenisnya reflektor untuk fotografi bisa dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu :

- Reflektor alamiah.
Reflektor yang terbuat dari alam yang ada di sekitar kita.
Misalnya :
pasir putih yang memantulkan cahaya matahari, pantulan cahaya matahari pada air laut,
kolam atau danau, bidang tembok putih pada sebuah bangunan.

- Reflektor buatan.
Reflektor buatan manusia yang memang sengaja dibuat untuk keperluan fotografi.

* Reflektor buatan dibagi dalam 3 jenis atau warna permukaan :

- Reflektor berwarna emas atau gold.
biasanya digunakan untuk memberikan efek warna yang lebih hangat pada skin tone
manusia atau model.

- Reflektor berwarna perak atau silver.
digunakan untuk menerangi bagian gelap pada model atau obyek dengan efek yang lebih
putih atau terang yang agak keras.

- Reflektor berwarna putih.
biasanya dibuat dari bahan styrofoam, untuk memberi efek warna putih yang
lebih lembut dan merata.

Selain lebih sering digunakan pada pemotretan outdoor tak jarang pula digunakan untuk pemotretan indoor guna menghasilkan efek tertentu. Misalnya efek 'high key' pada pemotretan ala kawan-kawan dari Taiwan.

Semoga membantu.


Sumber gambar

Senin, 06 Juni 2011

Selamat tinggal

jalanpun masih basah bekas hujan tadi
tertatih langkahmu mengantarku ke gerbang
masih kangen tuk melepas
senyummu, lirik matamu, wangimu
selaksa nuansa perawanmu
karena perbedaan jelas terbersit
walau hanya sesekali tersirat
diantara kedip mata
tak tega menghapus
untaian yang telah terjalin
membiarkan kelak dipetik
ketika sudah memiliki
biru langitmu sendiri
bersama yang lain

Rabu, 18 Mei 2011

Esensi jalan kaki

Waktu minggu lalu setelah menyelesaikan sebuah assignment pemotretan di rumah seorang klien yang cukup berada, seorang rekan kerja sempat berpikiran bahwa untung saya bisa menumpang kendaraan rekan kami yang satu lagi sehingga tidak kehilangan gengsi jika kelihatan harus berjalan kaki keluar komplek kemudian dilanjutkan dengan naik kendaraan umum.

Saya memang seorang fotografer penikmat jalan kaki, bukan karena memang belum diberi kemampuan untuk memiliki kendaraan sendiri, tapi dengan berjalan kaki selain menyehatkan saya bisa meresapi suasana sekitar, juga kadang bisa sambil berpikir sendiri mencari inspirasi. Dan ya, jika sedang ada order pemotretan juga saya mulai dengan berjalan kaki.

Seperti ketika seorang anak kecil yang tadinya hanya merangkak kemudian beranjak berjalan di atas kedua kakinya, pasti momen ini dirayakan oleh kedua orang tuanya, diumumkan ke seluruh sanak saudara, difoto lalu di share lewat Facebook agar seluruh jagad mengetahui.

Tapi kenapa sekarang jalan kaki bisa kalah gengsi dengan yang naik turun mobil pribadi, padahal kita tau bagi para orang kaya tersebut kegiatan berolahraga yang menyehatkan macam jalan kaki malah merupakan sebuah kemewahan yang mungkin hanya bisa mereka lakukan di akhir pekan. Ironis?

Menurut hemat saya, esensi dari jalan kaki itu sendiri adalah fitrah manusia yang merupakan karunia Allah agar kita dapat beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain menyehatkan, hemat dan dapat menginspirasi.

Jadi, apakah dengan berjalan kaki kita akan kehilangan gengsi di mata klien?
Biar keprofesionalan dan hasil kerja kita yang berbicara!


* Tips sehat jalan kaki, klik di sini.

Sabtu, 16 April 2011

Pungutan liar di spot fotografi

Pungutan liar di spot fotografi makin lama makin meresahkan teman-teman fotografer yang lebih sering bermain di fotografi luar ruangan atau outdoor. Khususnya yang saat ini lebih sering menangani job foto-foto prewedding outdoor.

Dulu ketika orang mulai beralih ke tempat-tempat di luar studio untuk mencari suasana baru sebagai tempat foto-fotonya, mereka dan para fotografer masih leluasa untuk beraksi dan berkreasi memanfaatkan spot fotografi pilihan mereka. Tapi lama-kelamaan muncullah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan momentum ini sebagai ladang mendapatkan uang 'mudah' tanpa memikirkan efek negatif dari perbuatannya dengan menarik 'uang retribusi' tak resmi yang nantinya masuk kantong sendiri.

Para fotografer ini sudah ikut mempromosikan keindahan spot fotografi di suatu daerah secara tidak langsung, ketika hasil foto-foto mereka dilihat turis lokal atau manca negara serta vendor fotografi lainnya lalu ikut tertarik untuk memanfaatkannya, sudah tentu menjadi pemasukkan pendapatan yang lumayan bagi pemda setempat.

Saya lebih rela jika uang retribusi tersebut dikelola oleh pemda setempat dan digunakan kembali untuk merawat spot fotografi tadi sekalian menjadi sumber tambahan bagi uang kas daerah tersebut.

Ayo, gimana nih para pemda?


Foto : Andre Leonardo

Selasa, 15 Maret 2011

Waktu rehat

Waktu rehat atau waktu istirahat sangat diperlukan oleh tubuh manusia untuk menjaga kesehatan metabolisme jiwa raganya. Ibarat sebuah mesin, pasti sesekali harus diistirahatkan dari waktu operasionalnya demi menjaga agar umur pemakaiannya bisa lebih panjang.

Bagi kami, kuli studio foto, waktu istirahat ini selalu kami gunakan untuk melakukan katarsis serta merestorasi bangunan imajinasi agar keindahan yang kami hasilkan di dalam studio tidak terlalu monoton layaknya seorang 'pengrajin' terhadap buah tangannya, dan bisa sedikit memberikan ledakan kreatifitas yang akan membuat ritme kerja menjadi lebih bergairah.

Kegiatan yang biasa kami lakukan sewaktu istirahat siang atau waktu rehat, diantaranya :

-Around the mall, ini karena studio kami seringnya bertempat di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Biasanya sih kami hanya jalan-jalan sambil window shoping melihat barang-barang yang hanya bisa kami beli di dalam mimpi..he he.

-Makan siang dari katering rantangan yang kadang lauknya tidak sesuai dengan hasrat kuliner pada hari itu dan jatah nasinya yang tidak sesuai dengan kapasitas perut para kuli studio seperti kami toh harus tetap bersyukur karena masih bisa makan.

-Ikutan ngopi, merokok dan ngemplok gorengan di warung kopi yang ada di seberang mall dengan atmosfir yang lebih guyub penuh canda tawa jauh berbeda dengan mall yang penuh dengan kesan hedonisme dan kapitalis.

Begitulah sekelumit keseharian kami para kuli studio ketika waktu rehat tiba.

I really miss those days...

Jumat, 18 Februari 2011

Meredupnya pamor studio foto

Kurang tau persisnya kapan, tapi kira-kira lima tahun belakangan ini, studio-studio foto, khususnya di Jakarta, satu-persatu berguguran alias menutup usahanya. Kecuali yang memang sudah turun-temurun menjadi usaha keluarga dan sudah eksis semenjak saya masih duduk di taman kanak-kanak seperti King foto atau Tarzan foto.

Mencari penyebabnya persisnya juga agak sulit. Jika ingin mengkambing hitamkan peralihan dari fotografi analog ke fotografi digital, justru banyak studio foto yang malah booming pada saat itu, studio Royal Princess contohnya. Jika ingin beralasan menurunnya kebutuhan masyarakat akan jasa fotografi juga rasanya kurang pas. Karena setiap harinya selalu ada kegiatan yang memerlukan jasa fotografi di dalam penyelenggaraannya. Dari yang hanya sebatas keperluan untuk pas foto sampai dokumentasi pernikahan, dari masyarakat kelas bawah sampai golongan kelas atas.

Dulu sewaktu saya masih aktif bekerja di studio foto, seseorang tidak segan mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah hanya untuk satu paket foto personal saja. Sekarang mereka akan berpikir dua kali jika harus menghabiskan uang dua ratus ribuan hanya untuk sebuah sesi foto.

Walhasil orang baru akan berpikir untuk ke studio foto jika mereka memiliki acara yang memang membutuhkan foto-foto yang lebih serius sebagai sarana dokumentasinya. Misalnya; acara pernikahan, wisuda, foto keluarga, modelling, atau hanya untuk sekedar pas foto.

Kalau boleh sedikit menyimpulkan, hal ini disebabkan karena fotografi sekarang sudah lebih dekat dengan keseharian, tidak lagi eksklusif milik studio foto seperti dulu. Handphone sudah banyak yang berkamera, orang lebih suka memilih suasana outdoor untuk acara foto-foto mereka. Fotografer-fotografer freelance dengan kekuatan promosi onlinenya begitu menjamur. Studio foto yang tidak kuat modalnya dan amburadul marketingnya, dengan sendirinya akan tergulung oleh dinamisnya perubahan di jagad jasa fotografi sekarang ini.



Sumber foto

Selasa, 08 Februari 2011

Pujian kosong di Facebook

Ketika menjalani ritual pagi di dunia maya, seperti biasa saya memeriksa inbox di email utama saya. Wah, cukup banyak surat yang masuk pagi itu, tapi setelah dibuka ternyata 'hanya' dari Facebook. Lalu setelah diperiksa satu persatu isinya hanyalah pujian terhadap sebuah foto sederhana karya sahabat fotografer yang telah men-tag banyak nama teman-temannya.

"Mantap, gan..", "Nice shot, bro..", "Keren, Oom..", begitulah kata-kata pujian yang sering dilontarkan pada kolom komentarnya. Hanya sekedar pujian basa-basi dan mencoba bersikap sopan untuk menghargai usaha sahabat yang telah mengunggah hasil karya fotonya dan dengan harapan agar fotonya balik dikomentari lalu merasa eksis.

Pernah sekali waktu saya memberi masukkan dan kritikan tajam pada sebuah foto, tapi si empunya meminta untuk tidak mengkritik terlalu tajam karena Facebook ia gunakan juga sebagai sarana promosi bagi jasa fotografinya dan nggak enak rasanya kalau sampai dilihat oleh calon klien atau malah ada yang bernada ofensif dengan mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi saya untuk mengatakan bahwa karya fotonya istimewa.

Jika menurut saya memang bagus, saya akan bilang bagus. Lalu jika ada yang ingin saya beri masukkan, maka akan saya sampaikan dengan sopan. Sungguh saya tidak merasa sudah jago atau mumpuni di bidang fotografi ini. Saya hanya merasa bahwa jaringan sosial media online semacam Facebook dapat kita manfaatkan untuk saling memberi masukkan dan kritik yang membangun demi kemajuan bersama.

Memang kritik terkadang terasa pedas, tapi daripada hanya mendapat pujian kosong yang hanya sekedar basa-basi terus menjadi sebuah kebanggaan palsu...

Bagaimana pendapat sahabat?

Kamis, 03 Februari 2011

Fotografer banting harga

Dari jaman fotografi analog dulu sampai dengan yang serba digital seperti sekarang ini memang tidak pernah ada yang namanya rate harga fix yang harus diikuti oleh seorang fotografer didalam menjajakan jasa fotografinya.

Kan nggak mungkin kalo kita mau membandingkan harga jasa fotografi dari sebuah studio bridal kenamaan di Jakarta dengan harga jasanya Mang Ihin yang biasa mendokumentasikan acara sunatan atau pengantin rumahan di kampung.

Semua berpulang kepada tingkat apresiasi tiap individu terhadap bentuk seni fotografi, kebutuhan atau peruntukan dalam menggunakannya, juga kesanggupan didalam membayar daya kreatifitas yang sudah dihasilkan oleh seorang fotografer. Semua itu merupakan faktor eksternal yang menentukan berapa nominal sebuah harga jasa fotografi akan dipatok.

Sempat prihatin juga ketika membaca thread di sebuah komunitas online terbesar; ada fotografer yang menjual jasanya begitu murah. Saya hanya berpikir apa harga yang dia tawarkan tersebut dapat menutupi ongkos produksinya, bagaimana dengan kualitas hasil kerjanya. Dan biasanya alasan mereka jualan murah adalah; biar ada order yang masuk, cari pengalaman, buat nambah portfolio, mengumpulkan relasi dan lain sebagainya.

Tapi akhirnya saya sadar, bahwa masyarakat kita pasti sudah lebih pintar. Mereka lebih tau apa yang mereka butuhkan, sampai di mana kualitasnya, dan berapa mereka sanggup membayarnya. Dan setiap segmen jasa fotografi pasti mempunyai pasarnya masing-masing serta keprofesionalan didalam menjalankannya adalah di atas segalanya.


Foto : tukangpoto

Selasa, 25 Januari 2011

Hantu studio foto

Sore itu, gerimis mulai turun diterpa oleh angin sepoi yang membuat cuaca menjadi sejuk. Seperti biasanya kami para pekerja studio bercengkrama ngobrol ngalor-ngidul mengenai berbagai topik sambil sesekali diselingi oleh canda yang membuat semuanya berderai tawa. Kami bisa menikmati rehat sejenak karena tau bahwa tidak ada jadwal appointment atau klien yang janji foto sore itu di Royal Princess.

Setelah usai, saya pun pamit, mencegat Metromini B-91 yang selanjutnya membawa saya menuju Roxi, daerah tempat tinggal saya. Aneh, tiba-tiba badan rasanya berat sekali, padahal hanya cuma sebentar diterpa gerimis. Ah, mungkin hanya flu biasa, besok juga sembuh. Setelah mengisi perut, minum Panadol, saya pun beristirahat.

Keesokan harinya, rasa berat di badan ini tidak juga sembuh. Rasanya aneh, suhu badan tidak panas, kepala tidak pusing, hidung tidak pilek, tapi badan ini seperti orang yang masuk angin. Inginnya rebahan terus, seperti orang yang lelah setelah bekerja seharian.

Suatu sore, setelah dua hari merasakan 'nggak enak' di badan ini, anak sulung saya Maharani, yang memang diberi kelebihan bisa melihat 'alam lain', membisiki saya bahwa ada 'wanita' yang 'nggendong' di punggung saya. Digambarkan olehnya bahwa 'wanita' itu berambut panjang menutupi wajahnya, berbaju putih, dan berkuku jari tangan panjang. Wah, pantas saja, terjawab semua tanya tentang anehnya kondisi badan ini.

Esok harinya kami menghubungi pak Ujang, tetangga kami yang memang bisa 'mengusir' atau meminta untuk pergi hal-hal seperti yang terjadi pada saya. Selesai 'penyembuhan', pak Ujang berkata bahwa 'wanita' itu tinggal di seberang studio Royal Princess, tepatnya di pohon besar yang ada di depan Alfamart. 'Wanita' itu tidak melakukan apa-apa hanya menggantung di belakang punggung saya seperti anak kecil yang digendong belakang. Mungkin ada ucapan atau tindakan saya yang tidak berkenan sehingga ia memutuskan untuk 'nggandul'.

Saya jadi teringat cerita film horror Thailand yang bernuansa fotografi, Shutter.



* Kisah ini nyata terjadi pada diri saya sewaktu bekerja di studio Royal Princess, Tanjung Duren.
Bukan mengajak sahabat untuk percaya takhyul, tapi setidaknya untuk menyadari akan
keberadaan alam lain.
Percaya atau tidak, tergantung bagaimana sahabat menyikapinya.


Foto di atas hanya sebagai ilustrasi, diambil dari sini.

Selasa, 18 Januari 2011

Tukangpoto di Koran Kontan

Sabtu sore kemarin, ketika sedang browsing cari ide untuk update blog, ada telpon masuk dari Mbak Oca; wartawan koran Kontan. Mbak Oca mengkonfirmasi ingin mewawancarai Tukangpoto melalui sambungan telepon jika bersedia.

Padahal saya merasa masih ecek-ecek dan belum mempunyai prestasi apa-apa di bidang fotografi. Tapi karena korannya sedang menulis artikel mengenai fotografer makanan dan peluang bisnisnya, lalu kebetulan ia baca Fotografer Jurnal pernah membahas tentang pemotretan makanan, jadi ingin sekedar sharing mengenai tips dan pengalaman saya sebagai fotografer makanan.

Oh, kalo soal pengalaman sih ada walaupun masih sedikit dan mengenai tips fotografi juga mudah-mudahan bisa bermanfaat karena masih sangat sederhana dan pastinya masih kalah jauh dibanding mas-mas fotografer yang lebih profesional.

Karena Koran Kontan juga merupakan e-paper atau koran online, maka jadilah foto nyengir kuda saya nampang secara online maupun offline di Koran Kontan edisi January 17th 2011.

Terima kasih banyak kepada Mbak Oca dan Harian Kontan yang telah sudi menulis profil Tukangpoto serta para sahabat pembaca yang telah setia mengunjungi fotografer jurnal selama ini.

Bagi sahabat yang ingin baca artikelnya, klik di sini.


Foto : copyright pada Harian Kontan

Rabu, 12 Januari 2011

Fotografer karbitan

Istilah fotografer karbitan sebenarnya lebih tepat bila ditujukan kepada orang yang tadinya tidak mendalami bidang fotografi tapi karena sesuatu hal dengan terpaksa profesi 'tukang foto' mereka jalani. Sebagai contoh; seorang desainer grafis yang ditugaskan untuk mendokumentasikan sebuah acara oleh tempatnya bekerja dikarenakan ketiadaan tenaga fotografer. Dan seterusnya menjadi tugas dia jika ada hal yang menyangkut soal jepret-menjepret. Padahal hanya bermodalkan ilmu komposisi gambar, menguasai Photoshop dan tentunya menguntungkan bagi perusahaan tempat dia bekerja.

Akan lebih baik bila sang 'fotografer' ini menyadari ketertinggalannya dan mulai mempelajari dasar-dasar ilmu fotografi baik secara teori maupun aplikasi sehingga lebih dapat mempertanggungjawabkan 'profesi' barunya tersebut.

Seperti contoh dalam seni lukis, seorang pelukis aliran ekspresionis almarhum Afandi ternyata sangat menguasai dasar-dasar menggambar berbagai macam obyek menggunakan medium pensil. Jadi beliau nggak asal memencet tube cat minyak dan corat-coret di atas kanvas melainkan sudah memiliki dasar-dasar untuk menjadi maestro seni lukis.

Apalagi di jaman digitalisasi seperti sekarang ini di mana segala sesuatunya jadi lebih 'dimudahkan', semangat untuk mempelajari sesuatu yang esensial harusnya tidak boleh padam.

Saya hanya ingin mengajak para sahabat untuk tidak setengah-setengah dan karbitan di dalam mencintai dan menekuni suatu bidang agar dapat lebih berhasil guna bagi kita atau mungkin malah dapat menginspirasi yang lainnya hingga hasilnya bisa lebih nyata bagi kebaikan bersama.

Selamat mencoba.


Sumber foto

Sabtu, 08 Januari 2011

Komedi putar



langit biru menggapai asa
berputar ceria menghempas angin
naik turun ayunan nina bobo
tanpa air mata hanya tawa
tanpa aral lampiaskan suka
jalan lurus pasti tak berliku
wahai masa kecil
bersemayamlah selalu di hati



Sumber foto

Selasa, 04 Januari 2011

Desain grafis dalam fotografi

Masih jelas dalam ingatan ketika saya dan teman-teman membuat variasi untuk album pernikahan pada jaman fotografi analog dulu. Lembar demi lembar foto disusun dan ditempel sesuai dengan urutan dalam acara resepsi pernikahan yang sudah kami dokumentasikan.

Kadang susunan foto dalam satu halaman album dibuat condong ke kiri lalu di halaman sebelahnya gantian condong ke kanan, kadang sebuah caption foto dicetak beberapa lembar lalu disusun seperti bentuk kipas tangan. Tak lupa pada pinggir halamannya dihiasi dengan benang emas biar kesannya lebih tegas.

Desain grafis dalam fotografi benar-benar telah merubah semua itu dan jalannya dimudahkan ketika proses digitalisasi merambah seluruh aspek kehidupan kita seperti saat ini. Simbiosis mutualisme pun terjadi. Penyajian hasil pekerjaan seorang fotografer jadi lebih profesional di hadapan kliennya. Visualisasi yang dulunya hanya dapat dilakukan oleh redaksional sebuah majalah kini mampu dilakukan oleh siapapun dengan bekal kemampuan pengoperasian software digital imaging dan sebuah komputer desktop.

Desain dan tampilan seperti 'barang jadi' dapat diterapkan pada presentasi hasil pekerjaan bidang fotografi. Desain-desain album wedding menjadi lebih bervariasi dan banyak pilihan. Tentunya hal ini sangat menguntungkan pihak konsumen pengguna jasa fotografi pada umumnya karena jadi memiliki banyak opsi dalam menentukan budget dan kualitas untuk keperluan fotografinya.

Hal ini juga membuka peluang usaha bagi mereka yang memang berminat untuk menekuni bidang editing digital fotografi. Baik itu sebagai mata pencaharian utama ataupun usaha sampingan. Malah di studio foto tempat saya dulu bekerja bagian edit fotonya diisi oleh mahasiswa-mahasiswa desain grafis yang sedang magang sambil mengumpulkan komisi dari tiap lembar foto yang mereka kerjakan. Jadi outputnya benar-benar positif.


Model : Qeqe
Desain grafis : Donny
Foto : tukangpoto