Sabtu, 15 Agustus 2009

Kuantitas dan bukan kualitas

Diawal tahun 2007 saya sempat diinterview oleh seorang manajer studio foto di daerah Jelambar untuk keperluan lamaran posisi fotografer. Setelah selesai dengan pertanyaan formalitas, mulailah beliau mengungkapkan obsesinya bahwa ia ingin agar studionya bisa melayani setidaknya sampai 30 klien perharinya, ingin menyamai salah satu studio foto yang sedang beken dikalangan ABG di wilayah Jakarta Barat katanya.


Saya jadi mikir, hanya dengan 2 orang make up artis dan 2 fotografer apakah obsesi iti bisa tercapai? Dan kalaupun memang bisa tercapai, lalu gimana soal kualitasnya? apakah bisa dipertanggungjawabkan? gimana soal pelayanannya? setau saya, dari hasil ngobrol-ngobrol dengan ABG-ABG yang sudah sering nyoba foto di mana-mana, hasil fotoan studio yang lagi beken tadi juga nggak bagus-bagus amat jauh berbeda dari display-displaynya.


Masalahnya sekarang apakah hanya keuntungan yang kita kejar dan melepaskan tanggung jawab utama kita yaitu memberikan yang terbaik kepada klien. Sebab biar jelek-jelek begini, kita sebagai pengrajin studio suka merasa nggak tega kalo bertemu dengan klien yang cantik, enak diajak kerjasama dan mudah diarahkan lalu hanya diberi hasil foto yang sekadarnya...


Lagi-lagi masalah nurani kita yang berbicara, mau ikut arus mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya atau berdiri tegar bersama idealisme yang kadang hanya memberi kita piring yang kosong.






0 comments: