Rabu, 30 September 2009

"....ternyata masih ada...."

Di awal 2007 kemarin, saya ditelpon oleh seorang pemilik studio foto baru di bilangan Tanjung duren; Jakarta Barat, untuk diajak kerja sama. Padahal waktu itu saya sedang bekerja di studio bridal di bilangan yang sama. Tapi setelah wawancara di sana saya mendapatkan penawaran yang jauh lebih bagus, saya terima deh tawarannya lalu resign dari tempat saya bekerja waktu itu.

Semenjak dari tahap renovasi studio baru tersebut saya sudah ikut bekerja serabutan, maklum ceritanya mau nunjukkin loyalitas sebagai karyawan baru nih. Dari angkat-angkat barang, bantuin masang AC, ikut masang lantai parket, masangin rel background, ngedisain setting real background dan lain-lain yang udah bukan lagi job deskripsinya seorang fotografer.

Dilanjutkan dengan motret-motret model untuk bikin portfolio paket yang akan dijual, nimbrung ngomongin strategi pemasaran dan promonya, nyetingin lampu-lampu studio, editing fotonya mau sampe segimana, workflow penerimaan kliennya mau kayak gimana, sampe akhirnya benar-benar siap untuk full operasi dan mulai menerima klien, saya ikut terlibat.

Lalu tiba saat gajian bulan pertama, dibayar tepat sesuai dengan yang ditawarkan saat wawancara pertama, tapi tiba-tiba sang pemilik studio mengatakan bahwa mulai besok tenaga saya tidak dipakai lagi alias di-PHK tanpa bisa memberikan alasan yang jelas dan obyektif yang dapat membenarkan keputusannya, tanpa mau menunggu masa percobaan 3 bulan pertama dulu. Terus terang saya cuma bisa melongo, mendapat keputusan yang begitu tiba-tiba. Saya mau protes, tapi akhirnya saya sadar kalo di negara ini karyawan kecil seperti saya pasti akan kalah walaupun tidak salah, kalo melawan pemilik modal.

Ternyata masih ada ya seorang pemilik studio foto yang mengambil keputusan nggak pake hati nurani seperti ini. Mungkin bagi dia ini cuma sebuah keputusan bisnis biasa, tapi bagi saya sekeluarga ini adalah persoalan periuk nasi. Tapi yang jelas kejadian ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran juga bagi teman-teman pembaca semuanya.

12 comments:

Saung Web mengatakan...

Ambil hikmahnya aja bos... mungkin yang diatas telah mengatur semuanya..

tukangpoto mengatakan...

Pasti, Kang..dan hikmahnya itu banyak banget.

NumB3R mengatakan...

Innalillahi. . .yang sabar mas, mungkin setelah ini Allah memberikan pekerjaan yg jauh lebih pantas dari pekerjaan yg sebelumnya.
Yang penting jangan pernah putus asa aja.

tukangpoto mengatakan...

Oh ya mas, sebulan setelah itu saya udah dapet lagi kerjaan baru, kok.

duadua mengatakan...

segala sesuatu itu ada hikmahnya,yang sabar ya bro

tukangpoto mengatakan...

Makasih juga,bro.Cuma kaget aja,selama 12 tahun berkarir nggak pernah diperlakukan seperti itu.

blooges@gmail.com mengatakan...

pak saya sungguh prihatin sekali dengan situasi anda saat itu, saya sangat mengerti sekali bagaimana perasaan anda ,sungguh nggak berperasaan sekali orang yang telah memecat anda , jangan sampai pengalaman ini membuat anda jadi patah semangat pak , pokoknya maju terus.. demi keluarga.

tukangpoto mengatakan...

Saya jadi sudah terbiasa dengan tabiat boss-boss yang hanya mau cari untung sendiri.

Budi Ridwin mengatakan...

That's It, makanya saya nggak pernah mau kerja jadi anak buah orang lain, mendingan gila sendiri nikmatin sendiri,...hihihi, btw saya senang sekali Pak Andreas makin rajin ngisi blognya, mantap Pak.

tukangpoto mengatakan...

Makanya saya sekarang milih opsi freelance aja, biar nggak sakit hati lagi.Makasih atas komennya,pak Budi.

wempi mengatakan...

wempi sempat setahun merasakan bekerja distudio, apresiasi dan loyalitas kurang dihargai. libur cuma 2hari dalam sebulan, jam kerja dari 8pagi-6sore, sampe buat nyuci pakaian tidak ada waktu lagi, hehe.

kami pekerja sibuk cari orderan, dan menjaga mutu/pelayanan. dalam waktu 2 bulan sibos dah bisa beli honda crv baru. kitanya sebagai pekerja?

kalo hanya membantu sibos makin kaya. akhirnya wempi tinggalkan...

tukangpoto mengatakan...

Begitulah,bung Wempi keadaan sebenarnya dari studio foto kita malah di studio yang sudah dapat predikat 'super brand' pun masih sama perlakuannya. Tapi nggak semuanya lho, yang bertanggung jawab pun masih banyak,biasanya mereka berawal dari pekerja.